33. Penghuni Baru

21.6K 3.4K 69
                                    

Anstia baru selesai dengan segala pernak pernik di rambutnya saat pintu kamarnya di ketuk.

"Ayo jalan-jalan di taman!" Bianiana tersenyum lebar, dia agak kesepian sebenarnya. Dia sudah bangun sejak pagi dan langsung bersiap, dia baru saja ingin mengajak Putri Janesita tapi tampaknya dia kalah cepat dengan Putra Mahkota Ambertia yang sudah mengajak Putri itu untuk jalan-jalan pagi.

Yang berubah sejak tadi malam hanya Pangeran Hilberth yang tampak agak menempel pada Putri Janesita, selebihnya biasa saja. Oh, Bianiana kalah begitu juga Putri Janesita, Anstia dan Pangeran Sylvester menang karena berhasil mengenai mereka semua dengan warna.

Walau hukumannya hanya sekedar menari di halaman Istana Ruby tapi tetap saja memalukan.

"Ayo!"

Anstia berdiri, gadis itu melambai pada Ester sebelum berjalan keluar dari kamarnya di Istana Ruby.

"Ah, yang waktu itu kau ceritakan?"

Anstia mengangguk. "Yup, makanya Ayah setuju. Walau awalnya aku hanya ingin saja kita bermain bersama, tapi kalau bisa dua-duanya lebih baik, kan?  Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui."

Bianiana mengangguk. "Pangeran Hilberth dan Putri Janesita cocok."

"Iya, kan?" Anstia melipat kedua tangannya di depan dada. "Kakakku itu saja yang tidak peka." Anstia pernah menceritakan tentang hubungan Pangeran Hilberth dan Putri Janesita saat mereka kemah dulu, itu juga karena Bianiana yang penasaran, pasalnya kisah cinta bertepuk sebelah tangan sepuluh tahun Putri Janesita sangat terkenal. Hanya Anstia yang tidak tau sepertinya.

Anstia dan Bianiana berjalan menuju danau, kemilau air yang bertemu dengan cahaya matahari membuat danau itu tampak bagai berlian yang berkilau cerah.

"Haha, anda bisa saja Pangeran."

Baik Anstia maupun Bianiana berhenti, keduanya bersembunyi di balik pohon, Anstia mengintip. Ada dua orang yang tampak sedang duduk di pinggir danau.

"Pangeran Brandon?" Anstia mengangguk pelan saat mendengar suara Bianiana. "Kenapa kita sembunyi?"

Ini hanya perasaan Anstia saja atau, mata gadis yang sedang duduk di samping Pangeran Brandon mirip dengan mikik sang Raja?

"Kenapa kalian sembunyi-sembunyi?" Jalvier tiba-tiba muncul di depan Anstia yang sedang sembunyi di balik pohon.

"Aku kaget!" Anstia memukul bahu Pangeran Jalvier yang tertawa.

"Kalian kenapa sembunyi-sembunyi?" Pangeran Brandon yang mendengar kebisingan mendekat. "Kalian sedang apa?"

"Mereka sembunyi-sembunyi." Jalvier tersenyum menyebalkan. "Oh, kau belum bertemu dengan Kasilva, kan?"

"Kasilva?" Anstia melirik ke belakang, perempuan dengan rambut yang begitu mirip dengan milik Raja, serta mata yang sama, bahkan sekilas wajah itu sangat mirip dengan Raja, bagai versi perempuan. "Matanya..."

"Oh, sebenarnya dia dibawa oleh salah satu pengawal waktu itu, dia dibawa sejak kau kemah waktu itu." Jalvier menatap Anstia lalu Kasilva yang tersenyum. "Kalian sangat mirip tapi berbeda."

Apa di cerita yang ia buat jalan ceritanya seperti ini? Anstia menatap mata yang mirip dengannya itu. Tapi bisa saja jalan ceritanya berubah, buktinya dia sudah berumur lima belas tahun tapi dia masih hidup, atau... Entahlah, kepala Anstia terasa penuh.

"Kenapa tidak ada yang memberitahuku?"

"Kasilva baru sembuh dari luka-lukanya, karena itu kami belum memberitahu. Bahkan dia adalah rahasia negara, ah, Putri Bianiana anda bisa merahasiakan ini, kan?" Pangeran Jalvier melirik Putri Bianiana yang mengangguk.

TAWS (1) - AnstiaWhere stories live. Discover now