35. Mermaid

18.9K 3.3K 112
                                    

Sebulan, sudah selama itu dia terus berada di dalam kamar tanpa berniat melakukan sesuatu. Memang apa yang akan dia lakukan? Teman bermainnya sudah di rebut oleh gadis yang bagai hasil cetakan asli Raja Astevia.

Anstia duduk di pinggiran danau, setiap sore dia hanya akan datang ke danau. Hanya duduk tanpa melakukan apa-apa, semua orang sibuk. Sibuk dengan Kasilva yang katanya setelah di cek kemiripan gen memiliki kemiripan yang hampir sama dengan Sang Raja.

Ya, Anstia tidak begitu peduli. Sebenarnya dia sedih, ini belum lama sejak dia berdamai dengan sang Raja, tapi sudah datang lagi sebuah penghalang yang kali ini benar-benar akan menjauhkan sang Ayah darinya.

Anstia melipat lututnya, meletakkan dagunya di atas lipatan tangannya di atas lututnya yang tertekuk. Dia mendadak merindukan Yasa, penyihir itu kira-kira sedang apa ya? Anstia penasaran jika Penyihir itu datang apa akan sama seperti Ayah dan Kakak-kakaknya yang langsung tergila-gila pada Kasilva.

Menggerakkan jarinya pelan, air yang tadinya tenang agak bergerak. Anstia menatap jernihnya air danau itu. Danau yang sangat ia sukai.

Anstia menghela nafas, gadis itu tidak lagi memainkan air danau, hanya diam sambil menatap danau.

Dia bersyukur mempelajari sihir, walau hanya beberapa hal yang bisa ia lakukan dengan sihir. Setidaknya dia bisa menggunakan teleportasi, dia bisa kemana pun ia mau.

Ah, Anstia mengangkat kepalanya. Gadis itu tersenyum. "Kenapa tidak? Lagipula tidak ada yang akan mencariku."

Anstia berdiri, gadis itu berjalan masuk ke area pepohonan yang agak lebat. Dengan sihir merubah gaun yang ia pakai menjadi pakaian biasa, tidak lupa mengubah warna matanya. Membuka sebuah portal yang mengarah pada lokasi yang pernah Anstia datangi. Salah satu kelemahan teleportasi adalah hanya bisa di buka pada tempat yang pernah di datangi.

Jadi, Anstia membuka portal di jalan kota yang pernah ia lewati saat pergi ke Utara Kerajaan, semoga saja tidak ada yang kaget saat melihatnya tiba-tiba muncul.

Kaki Anstia menginjak ekor kucing liar yang kebetulan sedang tidur tepat di depan portal yang Anstia buka. "Maaf."

Kucing itu berlari menjauh dari Anstia, kucing itu berhenti dan berbalik seakan mengata-ngatai Anstia karena telah menginjak ekornya.

Anstia hanya menatap kucing itu, sampai kucing itu berlari menjauh. Anstia menghela nafas, matanya menatap sekitar.

Sejujurnya, dia belum pernah sekalipun ke kota, hidupnya hanya sebatas Istana dan Istana, dunia yang ia ketahui. Pantas saja, dia jadi anti sosial.

Anstia berjalan, menatap beberapa toko serta orang-orang yang berbincang.

"Eh, benarkah?"

Mata Anstia jatuh pada beberapa orang yang tampak sedang mengerumuni sesuatu, memiringkan kepalanya guna menintip apa yang di bicarakan oleh orang-orang tersebut, mata Anstia melebar kaget.

Hei, itu ikan, bukan? Tapi kenapa besar sekali?

Ekor, benar-benar ekor dengan warna biru muda bersisik namun sangat besar.

"Ya, Mermaid memang seperti itu bukan? Mereka harusnya tidak datang kemari. Tempat mereka di laut, jadi membuat masalah saja kalau mereka ada di darat."

Anstia mendekat, matanya menatap seorang gadis--entahlah--yang basah kuyup dengan kepala menunduk, hanya kaos yang basah dan ekor yang bergerak pelan.

"Tidak ada tempat untuk makhluk seperti kalian disini."

Seorang laki-laki bertubuh gempal berkacak pinggang, ada sebuah ember di tangan laki-laki itu.

TAWS (1) - AnstiaWhere stories live. Discover now