69. Kastil

9.3K 1.6K 79
                                    

Jalvier menggerakkan tangannya ke depan, seketika ratusan anak panah jatuh dan mengenai semua orang yang ada di bagian depan dari pasukan tersebut. Semua jatuh dan tidak bergerak.

Perkiraannya benar.

"Maju!" Sylvester berteriak kuat, membuat suara pasukan mereka yang bersemangat melawan pihak musuh terdengar tidak kalah kuat.

Ini akan jadi perang besar. Pasukan Ambertia menyerang dengan seluruh kekuatan mereka. Mereka akan menyelamatkan Putri mereka.

"Sudah lama aku tidak berada di tempat seperti ini." Pangeran Haindre dengan pakaian pelindung lengkap menatap kekacauan yang ada, bahkan tangannya telah memegang pedang penuh darah. "Yang Mulia." Pangeran Haindre menundukkan kepadanya saat melihat Kaisar Asteria yang memerintahkan Ren, Phoenix biru untuk membakar area dalam Istana tersebut.

Para Roh menyerang dari dalam, membakar semua yang ada sekaligus mencari apa yang mereka cari.

"Goaarrr!"

Gerkan berteriak kuat, membakar semua pasukan penyihir hitam, dengan ekornya menghancurkan Istana tinggi tersebut hingga hancur di salah satu menaranya.

Istana ini hancur, benar-benar kacau.

Bala bantuan yang telah ditunggu-tunggu telah datang, semua Kerajaan dari setiap daerah mengirimkan pasukan mereka. Mengirimkan pasukan terbaik mereka untuk membantu. Bahkan dari daerah lainpun melakukan hal yang sama.

Penyihir hitam juga melakukan hal buruk di daerah mereka, ada beberapa daerah yang mengalami kekeringan, ataupun sumber daya mereka yang tiba-tiba habis dan hilang. Semua mengarah pada penyihir hitam. Mereka yang awalnya mengirim sedikit pasukan mereka, kini bahkan ikut turun dengan lebih banyak pasukan.

Istana itu sudah hancur, hampir setengahnya telah rata dengan tanah. Itu berkat para Roh Penjaga yang melepaskan semua yang mereka miliki.

Orang-orang dari Istana itu telah habis, semua sudah terbaring di atas tanah dengan tidak bernyawa.

Astevia berjalan masuk ke dalam area Istana tersebut, menatap bangunan yang telah hancur itu dengan tatapan mencari.

Dia mencari Anastia.

"Hahaha!"

Sebuah belati melesat dan mengenai sedikit pipi Astevia, membuat segaris luka di sana.

Mata ungu dingin itu menoleh, menatap laki-laki yang ia tau adalah otak sekaligus biang kerok dari kejadian ini.

"Yang Mulia! Senang bertemu dengan anda secara langsung, sebuah kehormatan." Ahimoth menundukkan kepalanya dengan agak dramatis. "Bagaimana kunjungan anda kemari? Menyenangkan?"

Astevia menatap Ahimoth, dia turun dari kudanya dan berjalan mendekat. Phil tampak melakukan hal yang sama, sedangkan lainnya melihat dengan siaga.

Astevia menatap laki-laki itu, tampak tersenyum lebar. Sepertinya memang sudah tidak waras.

"Apa maumu sebenarnya?" Astevia menatap Ahimoth yang tampak berpikir, menatap Astevia yang menatapnya datar.

"Bukannya kita harus meminum teh dulu? Berbincang. Itu sebuah tata krama, kan? Apa Kaisar tidak tau tata krama?" Ahimoth tersenyum, membuat hampir satu anak panah menancap dikepalanya oleh Jalvier.

"Dimana dia?" Phil bersuara, mentap Ahimoth dengan tatapan tajam. "Katakan!"

Ahimoth tertawa, kuat. "Dia? Si Putri itu? Entahlah," Ahimoth mengusap matanya, ini terlalu lucu sampai dia menangis. "Mungkin... Mati?"

Tatapan semua orang berubah. Termasuk Phil yang hampir menarik kerah baju Ahimoth jika Astevia tidak menghentikan.

Astevia menatap Ahimoth. "Apa yang sebenarnya kau mau?"

TAWS (1) - AnstiaWhere stories live. Discover now