51. Perubahan

16.8K 3.3K 387
                                    

Semalam Kasilva tidak ikut makan malam, alasannya tidak enak badan. Walai begitu tidak ada yang berubah juga di meja makan.

Anstia saat itu meyadari sesuatu, sang Raja terlihat sangat kelelahan. Mungkin perang yang semakin dekat menjadi salah satu faktornya.

Cuaca hari ini sangat cerah, Anstia memakai pakaian yang santai, dia berada di pinggir sungai bermain dengan beberapa peri kecil serta Mermaid yang berenang dengan santai.

Rusta dan Gerkan pergi mencari tanaman, padahal dia mau ikut tapi Rusta dengan kata-kata pedasnya mengatakan kalau Anstia ikut hanya akan merepotkan, bisa-bisa malah menambah masalah.

Memang dasar rubah tidak tau diri. Anstia menahan ujung topi jerami yang ia gunakan, sebagai pelengkap dari pakaiannya hari ini yang bertema piknik. Dia sempat di marahi oleh Rusta juga karena ini, rubah itu selalu saja mengomel apapun yang Anstia lakukan.

Anstia memutuskan untuk berkeliling, dia jarang kemari jadi dia akan sedikit berkeliling untuk melihat-lihat, soalnya kalaupun dia kemari dia jarang di berikan izin untuk berjalan-jalan di hutan. Padahal dia penasaran, hutan di sini sangat cantik.

Pohon bunga dan berbagi hal lain yang jarang ada di taman Istana, atau mungkin hanya ada di sini.

Anstia berjongkok, menatap sebuah bunga dengan kelopak berwarna merah bercampur oranye, sangat cantik. Kalau bisa dia mau menanam bunga itu di taman Istana, pasti akan sangat cantik.

"Putri."

Anstia yang baru memetik sebuah bunga dengan warna putih yang aromanya sangat wangi saat Gerkan memanggilnya.

Gadis berambut emas itu berdiri, dia berjalan ke arah Gerkan dalam wujud manusia. "Sudah aku bilang, panggil saja namaku."

Gerkan mengangguk, tapi Anstia tau jika ujung-ujungnya Gerkan akan tetap tidak akan memanggilnya dengan nama. Berbeda dengan Rusta yang bahkan tidak pernah memanggilnya dengan sebutan yang benar. Rubah satu itu memang menyebalkan sekali.

"Ini." Anstia menarik tangan Gerkan dan meletakkan bunga yang tadi ia petik. "Bunganya cantik."

Gerkan menatap bunga itu, lalu menatap Anstia yang tersenyum. Naga itu memasukkan bunga pemberian Anstia di dalam sakunya, dia lalu berjalan diikuti Anstia di belakangnya.

"Apa sulit mencari tanaman itu?" Anstia berjalan di samping Gerkan.

Gerkan menggeleng. "Mereka ada di gunung, semua sudah lengkap."

"Benarkah? Wow, kalian memang bisa diandalkan."

Dengan sihir Gerkan, mereka berdua tiba di gua tempat Gerkan dan Rusta tinggal. Berbeda sekali dengan Rusta yang malah membuat Anstia menggunakan sihirnya sendiri, Gerkan dengan baik hati membantu. Memang rubah itu menyebalkan.

Rusta tampak meletakkan tanaman yang Anstia minta keduanya untuk cari di dalam sebuah kain. "Ini."

Anstia menatap kedua tanaman yang sama persis dengan yang ia lihat di buku Ella. "Sebagai hadiah, akan aku berikan sesuatu." Anstia merogoh sakunya dan mengeluarkan bunga yang sama yang ia berikan pada Gerkan, Anstia meletakkan bunga tersebut di tangan Rusta. "Terimakasih!"

Rusta menatap bunga itu dengan wajah malas, di menatap jijik sebelum membuang bunga itu ke lantai. "Bunga ini terlalu banyak disini, aku tidak butuh."

"Kau memang menyebalkan, aku sedang bersikap baik tapi kau malah mirip iblis!" Anstia menatap Rusta kesal.

Rusta melirik Anstia. "Memang aku iblis, kenapa? Ada masalah?"

Diam-diam Gerkan sudah merapikan semua tanaman yang mereka cari, lalu menarik tangan Anstia untuk masuk ke dalam portal yang ia buat, sekaligus membuat perdebatan antara Anstia dan Rusta berhenti.

TAWS (1) - AnstiaWhere stories live. Discover now