40. Penjaga

17K 3.3K 140
                                    

Dinding gua yang lembab dan cahaya matahari yang tidak masuk ke dalam gua membuat kesan menyeramkan. Untung saja dia bisa sihir, membuat bola cahaya bukan hal yang sulit.

Anstia menatap dinding gua, ada beberapa gambar di dinding gua yang bagai di ukir menggunakan batu. Disini ada jaman batu? Anstia baru tau.

Ada berbagai gambar di sana, entah hewan atau bahkan orang, namun yang menarik perhatian Anstia adalah sebuah Naga yang tampak terbang bersama seekor burung Phoenix, dua hewan lagenda yang bahkan tidak pernah ada yang melihat. Kecuali sang Raja mungkin, karena kontrak Raja Astevia adalah dengan burung Phoenix.

"Hem, mereka tampak keren." Anstia kembali melanjutkan langkahnya, gua ini bagai tidak berujung.

Semakin lama kegelapan semakin pekat, bahkan Anstia sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi jika tanpa bantuan bola cahaya. Membuat beberapa bola cahaya dan membuat dua bola cahaya berjalan lebih dulu daripada dirinya, langkah Anstia berhenti.

"Apa ini?"

Anstia meraih sesuatu yang tampak bercahaya. "Bulu?" Gadis itu menatap sehelai bulu yang bercahaya bagai kilau emas. "Wow."

"Groaaaaaaaaa!"

Anstia menatap sekitar, suara itu membuat beberapa bebatuan gua mengenai Anstia yang mengusap kepalanya yang terkena bebatuan gua.

Tiba-tiba semua menjadi terang, Anstia menatap ke atas, begitu banyak permata yang bercahaya. Mungkin itu kenapa gua ini jadi sangat terang.

Anstia menutup matanya saat sebuah cahaya besar muncul di ujung gua. Gadis itu mengerjap beberapa kali sebelum mulutnya terbuka kaget melihat pemandangan di hadapannya.

Menara batu tinggi dengan hutan tepat di bawah sana, langit biru dan sebuah air terjun yang terlihat jelas dari tempatnya sekarang.

Anstia berjalan, namun langsung menghentikan langkahnya. Gadis itu kembali masuk ke dalam gua, seakan baru sadar jika tempat yang ia pijak berada di ketinggian, dengan langkah perlahan--lebih hati-hati--berjalan keluar ke mulut gua yang terbuka lebar, gadis itu mengintip ke bawah. Ini sangat menyeramkan.

"Kalo jatuh pasti mati, kan?"

Mulut gua itu ternyata berada tepat di salah satu menara batu dan berhubungan langsung dengan jurang--entahlah Anstia bingung mau menyebutnya apa saking tingginya tempat ia berpijak--ini sangat-sangat tinggi.

Namun tempat ini sangat indah. Sangat. Mata Anstia menatap sesuatu yang terbang di ujung sana, perasaanya saja atau memang benda terbang ini semakin dekat.

Anstia masuk kembali ke dalam gua, gadis itu bersembunyi di balik batu saat makhluk besar itu masuk ke dalam gua.

"Ada aroma aneh."

Anstia menahan nafasnya saat mendengar suara naga, iya naga. Makhluk yang katanya tidak pernah terlihat itu. Dia sedikit mengintip. Dan benar, itu suara naga.

Rubah berwarna emas saling menatap dengan naga besar itu, mereka merasakan adanya sihir lain di tempat ini dan asalnya adalah dari balik batu besar yang berada di sisi gua.

"Benar."

Satu suara lain menyahut, Anstia kelabakan, dia harus keluar dari tempat ini sekarang juga.

Membuat sebuah portal di batu yang menjadi tempat persembunyian, Anstia masuk ke dalam portal tersebut secepat mungkin.

Rubah kecil dengan warna bagai emas itu melompat ke balik batu namun tidak menemukan apapun. "Tidak. Hanya perasaan kita saja."

Naga berwarna bagai langit malam di penuhi bintang itu menyusut, ukurannya jadi sama dengan Rubah emas yang menggoyangkan ekor pelan. Keduanya kini menjadi manusia, walau si rubah tampak memiliki telinga dan ekor sedangkan si naga manusia utuh tanpa tambahan.

TAWS (1) - AnstiaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin