Anstia menatap tidak suka, ia membelah orang-orang yang mengerumuni Mermaid itu. "Hei, kau tak apa?"

Mermaid itu hanya diam, kepalanya tetap tertunduk, rambut berwarna merah Mermaid itu menutupi wajah.

"Nona, jangan pedulikan ikan itu. Dia hanya makhluk tidak berguna, disini memang bukan tempat untuk makhluk sepertinya." Laki-laki itu tertawa, begitu juga orang-orang yang berkerumun.

Mengepalkan kedua tangannya, Anstia menatap laki-laki bertubuh gempal itu. "Lalu, kau itu makhluk apa?"

Laki-laki bertubuh gempal yang merupakan pemilik dari toko bunga itu berhenti tertawa. "Hei nona, kau tidak tau siapa aku?"

"Aku tidak mau tau lebih tepatnya," Anstia menghela nafas. "Pemiliknya saja berbau busuk, pantas saja bunga-bunga disini berbau busuk juga."

"Apa?!" Laki-laki itu terpancing.

"Ternyata di tempat ini terjadi diskriminasi." Anstia mengulurkan tangannya pada Mermaid yang kali ini mengangkat kepalanya menatap Anstia. "Kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka?"

"Hei, nona!" Bahu Anstia ditarik kasar, membuat Anstia berbalik.

Menepis, Anstia menatap tidak suka pada pemilik toko bunga tersebut. "Kau menjijkan."

"Apa kau bilang?!"

"Hei, ada keributan apa ini?"

Beberapa petugas keamanan datang, mata Anstia melirik. Logo di bahu petugas itu mirip dengan logo penjaga yang biasa berjaga di area Istana, Anstia tentu tau jika petugas biasa memiliki logo yang berbeda.

Anstia berjongkok di depan Mermaid itu. "Naik, ayo cepat." Mermaid itu menatap Anstia, namun tangannya meraih Anstia.

"Ada apa?"

Anstia tidak berani melirik, dia mengenal suara itu. Memang dalam keadaan seperti ini pastinya tidak ada yang mengenalnya, tapi bisa saja orang itu mengenalnya dan akan menjadi masalah besar kalau dia ketahuan keluar dari Istana tanpa ijin, bahkan menyamar.

"Ho-hormat ka-kami Pangeran." Setiap orang yang berada di tempat itu menunduk, tidak ada yang berani menatap Pangeran Keempat yang tampaknya sedang memiliki urusan di ibu kota, namun rela turun dari kudanya untuk melihat keributan yang terjadi.

Pangeran Sylvester mengangguk, Pangeran itu menoleh pada Mermaid yang tampak di gendong oleh seseorang. Dia langsung tau apa yang terjadi. Bukan memiliki hubungan yang tidak baik, hanya saja banyak orang yang tidak menyukai para Mermaid karena kadang sengaja membuat mereka yang pergi melaut kembali dengan tangan kosong, yang membuat manusia memiliki dendam tersendiri dengan para Mermaid.

"Ayo pergi." Pangeran Sylvester naik ke atas kudanya.

Anstia menurunkan Mermaid itu setelah mereka sampai di sebuah lorong yang sepi. Menghela nafas, lumayan berat juga Mermaid ini.

"Hei, kau baik-baik saja?" Anstia menatap Mermaid yang mengangguk pelan. "Kau memang seperti ini saja? Maksudku, apa kau terluka?"

Mermaid itu menggeleng, dia menatap erkornya yang muncul setelah ia disiram oleh air. Sebenarnya dia tidak akan berubah jadi bentuk aslinya sekalipun berenang di dalam air, tapi pagi tadi dia lupa meminum ramuan khusus yang dapat membuat ia bisa bertahan di darat dan tidak perlu mencari air selama seharian penuh.

"Ekormu bisa jadi kaki? Atau memang hanya ekor?"

Mermaid itu menatap Anstia yang bertanya. "Bisa antarkan aku ke suatu tempat?"

"Kau bisa bicara?" Anstia mengerjap. "Oh, tentu. Kemana?"

"Ke toko sihir yang berada di dekat pantai."

Anstia menggaruk tengkuknya. "Maaf, aku baru di sini, aku tidak begitu hapal daerah sini."

Mermaid itu mengangguk. "Jaraknya tidak begitu jauh dari sini, tapi kau bisa saja kelelahan karena terus menggendongku. Dan orang-orang akan menatapmu aneh jika melihatmu bersama dengan Mermaid."

"Tenang saja aku punya ide." Anstia tersenyum.

. . .

Jadi, mulai dari sini cerita ini genre fantasinya bakal mulai kerasa. Ya, sejak awal emang genre fantasi sih, tapi nggak terlalu. Sekarang bakal mulai genre fantasinya.

Kalo ada yang nggak berminat, or lupa baca genrenya terus nanti bilang apaan nggak masuk akal. Cerita ini genrenya fantasi, so kalo nggak masuk akal ya maklum aja namanya juga fantasi.

Jangan tanya kapan up, karena akan sangat lama aku bakal update lagi.

Menunggu itu nggak enak, tapi menunggu tanpa kepastian lebih sakit, eaaaa. Tapi pasti up kok, aku bukan doi yang tukang php.

Itu ajaaa, bye bye

TAWS (1) - AnstiaWhere stories live. Discover now