49. Egg Benedict

594 74 10
                                    

Kita terlahir berbeda...
Aku tau kamu lahir dari
Indah sempurna seperti aurora
Sedang aku dari
Badai marah riuh yang berisik
Aku tau kamu mengharapkan seorang Princess bukan Penyihir cantik
Namun sejatinya aku benci menjadi Princess yang lemah agar ditolong oleh Pangeran berkuda putih
Daripada harus sama seperti cerita klasik Cinderella
Aku lebih tertarik merangkai kisah kita menjadi
"Beautiful Witch and Prince Charming"

🗡️🔪🗡️🔪🗡️🔪

"Yakin?"

Audy menunduk sambil memberikan sebuah kartu, "Gue disini aja, nih."

"Lo butuh penyegaran, ikut aja."

"Tadi kan udah."

Carel melepas sabuk pengaman gadis itu lalu memegang kedua bahu Audy, "Tegakin kepala lo kayak biasanya."

Audy menghela nafasnya, entah kenapa sejak ia tak bisa bergerak dengan bebas dan selalu bergantung dengan orang lain menjadikan Audy benci terhadap dirinya sendiri.

Padahal dulu Audy berpikir ia bisa hidup sendiri tanpa orang lain, dan saat dihadapkan dengan situasi seperti ini ia marah, sangat marah terhadap dirinya sendiri.

Carel tersenyum smirk, "Lo takut? Pengecut."

Audy mendongakkan kepalanya lalu menepis tangan Carel yang ada di bahunya, "Apa lo bilang?!"

"Pengecut," Carel menaikkan satu alisnya.

Audy dengan cepat membuka pintu mobil, membuat Carel bergegas mengambil kursi roda dan kini mereka malah bermain main di mini market ini.

Bagaimana tidak Audy duduk di trolli yang cukup besar sambil mengambil banyak makanan ringan dan kebutuhan dapur.

"Kalo dimarahin mbak mbaknya jangan salahin gue ya."

Audy terkekeh dalam hati ia membatin, "Ga mungkinlah orang nih mini market punya keluarga gua."

"Yoi, kita kesana lets go."

Mereka berputar putar mengambil banyak bahan makanan, hingga Audy tertimbun oleh banyak makanan ringan ini.

"Dy kaki lo."

"Ciee khawatir," Audy mendongak keatas agar bisa melihat wajah Carel yang berada di belakangnya.

"Makin lama lo sembuh semakin nyusahin!"

"Yauda sih, ini juga gapapa."

"Btw nih mini market sepi banget ya."

"Masih pagi."

Carel hanya mengangguk lalu mendorong Audy kearah tempat sayur sayuran.

Gadis yang duduk didalam trolli itu mengambil bunga kol yang besar namun kembali ditaruh oleh Carel dan cowok itu lebih memilih yang lebih kecil.

"Besar belum tentu segar, bunga kol itu harus yang banyak airnya, kayak sawi ini juga," Carel mengambil sawi daging juga.

"Cocok jadi bapak rumah tangga lo," Audy terkekeh setelahnya.

"Adanya Ibu rumah tangga!"

"Ye ngegas."

Audy tersenyum jahil, lalu gadis itu mengarahkan kamera hpnya tepat dihadapan keduanya, "Carel."

"Apa?" Carel menoleh, dan mendapati Audy yang merekamnya.

"Gausah dipost, awas lo."

"Kan liat gais dia itu tak se cool yang kalian kira."

SORAI [END]Where stories live. Discover now