64. Bertengkar

1.3K 117 18
                                    

Vote terlebih dahulu!!!!

Happy reading🐝🐝

---------------

Hati gue bukan benda yang gak bisa ngerasain sakit.

-A-

----------------

Seminggu sesudah berlibur di rumah. Ralat, belajar di rumah, anak kelas sepuluh dan sebelas dipersilakan kembali bersekolah seperti biasa.

Ujian kenaikan semester sudah di depan mata. Tetapi masih banyak yang bermain-main dan tidak serius dalam belajar. Menganggap remeh dalam hati dan selalu yakin akan naik kelas.

Salah satunya adalah Ayna. Gadis bersurai sepinggang dengan pita yang berada di pinggir rambut sebagai penghias itu berlarian di koridor sambil terbahak keras kala Ucup mengejarnya dengan mati-matian.

"Yaila, Cup. Pala botak macem bola, badan juga ikutan lo bikin bola. Gendot amat! Bahahahaha," teriak Ayna masih terus terbahak melihat Ucup dengan perut buncitnya yang kesusahan berlari.

Ucup di ujung sana terus menggerutu dan mengumpati Ayna. "Sialan lo, Na. Awas ya, lo."

Ayna meredakan tawa dan malah memeletkan lidah. "Apa? Tangkap gue dulu, baru gue kasi sepatu lo."

Ya, Ayna mengambil sepatu Ucup saat lelaki itu sedang masuk perpustakaan. Ayna yang memang sedang dalam mode iseng langsung membawa kabur salah satu dari sepasang sepatu lelaki botak di hadapannya tersebut.

"Tai lo, Na. Gue udah capek. Siniin sepatu gue!" pintanya dengan raut lelah yang kentara. Benar-benar kasian.

Tetapi bukan Ayna namanya jika langsung luluh. Dia menggeleng tegas. "Tangkap gue dulu, wlekkk," Ayna kembali memeletkan lidah lalu membalikkan badan bersiap lari, tetapi baru tiga langkah, kepalanya sudah menubruk dada seseorang.

"AW!" pekik Ayna spontan. Padahal tidak sakit sama sekali.

Namanya Ayna, lebay.

Merasa memiliki kesempatan, Ucup mencepatkan langkah dan segera merampas sepatu miliknya dari genggaman Ayna.

Ayna tersentak. "Yah ... yah, yah .... Kok lo ambil hah? Hah?!" teriak Ayna heboh. "Siniin Ucup sempak! Gue masih mau lari-larian lagi sama lo!" Ayna menghentakkan-hentakkan kaki sebal dengan gurat cemberut.

Ucup siap menoyor kepala Ayna tetapi sudah ditahan terlebih dahulu oleh seseorang.

"Udah, Cup. Ayna lagi iseng," bela Anka.

Ayna yang di sebelahnya sudah menyengir lebar dan terkikik geli sambil terus memeletkan lidah mengejek Ucup.

Bibir Ucup terbuka. Dia tidak rela. Ayna saja bisa membuatnya kesal. Lalu, mengapa Ucup tidak boleh?

"Si Ayna yang mulai duluan, Ka," adu Ucup seperti seorang anak pada bapaknya.

Ayna tertawa. "Anjir! Ululu ... mata lo berkaca-kaca, Cup."

Ucup mengerucutkan bibir sebal. "Ngeselin lo, Na. Sumpah," usai mengatakan itu Ucup segera beranjak meninggalkan Ayna yang senantiasa menertawakan langkahnya.

"Sapa juga yang bilang gue nyenengin," jawab Ayna membalas gerutuan Ucup.

Perkataan selanjutnya yang keluar dari bibir lelaki di sampingnya itu membuat Ayna bungkam seketika.

"Gue," kata Anka.

Mata Ayna bergerak kesana-kemari. "Ma-maksud lo?"

Anka tersenyum tipis lalu menggenggam lengan mungil Ayna dengan erat menuju kantin. "Gue nganggap lo nyenengin, kok."

My Enemy Ayna Место, где живут истории. Откройте их для себя