9. Image

2.4K 151 6
                                    

Kalo malu itu artinya pasti malu tapi kalo malu-maluin itu artinya gak tau malu.

***

Di tengah lebatnya hujan, sebuah mobil melaju dengan kecepatan standar. Di dalamnya terdapat dua manusia yang berbeda kelamin. Yang perempuan menyengir dengan semangat empat limanya, sedangkan yang lelaki memutar bola matanya malas.

"Anka, parah banget gila lo, sumpah. Itu tadi lo nabrak genangan air loh. Lo waras?"

Anka mendelik ke arah Ayna. "Harusnya gue yang bilang itu ke lo! Lo waras?"

"Ih gue tentu waras, buktinya gue masih bisa bicara nih," bela Ayna pada dirinya sendiri.

"Goblok! Orang gak waras juga masih bisa bicara," ucap Anka malas.

Ayna mengerutkan dahinya. "Ah, masa? Gak percaya gue mah ama elo. Lo kan tukang ngibul. Gak kayak abang lo," jawab Ayna dengan cengiran khasnya.

Lagi-lagi Anka memutar bola matanya malas. "Pikir sendiri! Lo gak pernah liat orang gila di jalanan?"

"Pernah sih, namanya itu Sinta, dia sering banget jalan di tengah-tengah trotoar. Orang yang mau nyebrang aja waswas, takut dikejar. Ck, kata Ayah gue, dia itu sebenarnya gak gila, cuman kebanyakan stres aja gitu, dan lama-lama otaknya error."

Anka memarkirkan mobil tepat di depan sebuah tempat yang bertuliskan Cafe's Kaey. "Gue gak nanya, bego."

Anka turun dari mobil diikuti Ayna yang juga turun dari dalam mobil. Sebelumnya mereka sudah menyiapkan payung masing-masing, sehingga mereka tidak harus berbagi payung seperti yang ada di sinetron-sinetron yang pernah Ayna tonton di siang hari kemarin.

Ayna berjalan dengan langkah cepat menuju pintu welcome yang sudah tersedia, tetapi saat Ayna memegang tangkai pintu, Anka sudah menahannya terlebih dahulu.

"Tunggulah, tai. Gue yang ada urusan disini tapi malah lo yang paling semangat."

"Hehehe iya dong, kan ada abang lo, tuh. Gimana gak seneng coba, bentar lagi gue mau nyamperin si doi," jawab Ayna sambil curi-curi pandang ke dalam pintu kafe.

Anka refleks menjitak kepala Ayna, membuat si empu meringis.

"Elah, om selo napa. Gue juga tau kalo lo itu gak punya doi. Tapi jangan sementang lo adeknya Refyal, lo bisa main KDRT sama gue."

Bukannya mendengar, Anka malah kembali menjitak kepala Ayna. Bedanya kali ini ia sengaja tanpa ada kata 'refleks'. "Bacot lo lebih besar daripada badan lo," ejek Anka dengan ekspresi songong.

"Udah lah males gue. Ayo masuk," seru Ayna sambil mengusap-usap kepalanya. Sungguh, jitakannya si Anka bukan main.

"Tunggu bentar, tadi sebelum gue ngijinin lo ikut, gue ada ngomong sesuatu. Lo lupa?" celetuk Anka yang tetap melirik ke arah Refyal yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya.

Ayna berdecak. "Lo tuh ya. Ish, bener-bener parah."

"Jawab aja, inget gak?!" teriak Anka sabar.

Mata dan mulut Ayna refleks membulat. "Anjir, selo dikit apa lo. Gak usah ngegas."

"Inget gak lo?" ulang Anka yang mendadak emosi. Mungkin efek ketidaksabarannya.

My Enemy Ayna Donde viven las historias. Descúbrelo ahora