26. Anjing Refyal

2.3K 116 0
                                    

Gue gak bisa move on dari lo

-A

***

Disinilah Anka berada, di sebuah cafe yang sudah menjadi tempat janji dirinya dengan Nolla. Sedari tadi Anka tidak berhentinya untuk terus menatap pintu.

Sudah satu jam berlalu sejak perjanjian mereka, tetapi Nolla belum juga datang. Walau begitu, Anka tetap setia untuk menunggu.

Setelah beberapa menit kembali menunggu, Nolla belum kunjung datang. Tetapi Anka masih tetap menunggu. Hingga sebuah pesan datang pada Anka.

Nolla
Anka, gue gak bisa nemuin lo sekarang. Refyal ngajak gue jalan tadi, lain kali aja kita bicara!

Anka tersenyum pedih, melihat tanda seru di belakang pesan Nolla seolah membantah dirinya. Padahal disini Nolla yang mengajak bertemu, tetapi dia juga yang membatalkannya.

Refyal mengajaknya jalan tadi? Lalu mengapa baru sekarang diberitahu? Kalau begini Anka tidak perlu harus membuang-buang tenaga dengan menunggunya.

Dengan ekspresi datar Anka menaiki motor sportnya, ia melajukannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Entah mengapa emosinya tersulut ketika mengingat pesan Nolla. Itu sudah menjadi sebuah keputusan baginya, bahwa Nolla lebih memilih Refyal daripada dirinya.

"Sikit-sikit Refyal! Apa-apa Refyal! Ini-itu Refyal! Guenya kapan?!" sarkas Anka. Ia juga mempunyai kesabaran untuk sebuah ketidakadilan yang terbagi untuknya.

Anka lebih memilih pulang. Walau lagi stres, Anka tidak pernah membuang waktu dengan pergi ke club ataupun merokok hanya sekedar untuk mendapat ketenangan. Anka malah dominan membenci hal-hal itu.

Anka memasuki perumahannya, sebelum mendapati rumahnya Anka harus melewati rumah Ayna. Dari sini Anka dapat melihat pintu rumah Ayna yang terbuka lebar, sudah tentu teman-teman Ayna sedang berkunjung ke rumah Ayna.

Anka pun mengabaikannya, ia memasuki perkarangan rumahnya lalu memarkirkan motornya di garasi.

***

"Udah pergi belom?"

"Udah."

"Serius lo?"

"Iya!"

"Alah boong."

"Elah gak percaya banget sih lo."

"Emang," Ayna terus bersembunyi di balik sofa lantaran Anka melewati rumahnya.

Nafia dan Dara yang sedang mengintip di jendela berusaha mengamati gerak-gerik Anka yang tengah memarkirkan motornya.

"Beneran udah pergi?" tanya Ayna yang keseratus kalinya.

Nafia memutar bola matanya malas. "Sekali lagi lo nanya kek gitu, gue tarik beneran lo ke hadapannya si Anka."

Ayna yang merasa sudah aman keluar dari persembunyiannya. Ia tersenyum lega, lalu membaringkan tubuhnya di sofa.

"Emang kenapa sih Na kalo dia lewat rumah lo?" tanya Dara.

"Hooh. Biasa juga lo gangguin dia kalo liat. Sekarang kok kesannya si Anka kek setan?" celetuk Nafia sambil memakan camilan yang telah disediakan Ayna.

"Emang dia itu setan," jawab Ayna enteng.

"Setan gimana maksud lo?" kening Nafia dan Dara berkerut.

"Ya setan lah, masa kalian gak tau setan."

Nafia tertegun, sedangkan Dara menutup mulutnya tak percaya. "Jadi, maksud lo si Anka udah mati?"

My Enemy Ayna Where stories live. Discover now