35. Hape Gue?!

1.7K 120 0
                                    

But if you love me, why you leave me?

-A-

How long-
Charlie Puth

***

Anak itu meringkik kesakitan ketika mengetahui bahwa kakinya telah menghilang.

"Mamaaaaa," teriaknya.

"DIAM!"

"Mamaaaaa," anak itu semakin histeris.

Anka terbangun dari tidurnya, lagi-lagi ia harus bermimpi seperti itu. Anka mengusap keringat yang sudah mengucuri seluruh wajah dan tengkuknya.

Anka menormalkan suara nafasnya, ia memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing. Anka menelan ludahnya dengan susah, entah kenapa ia merasa sangat sesak.

Anka melirik jam yang ada di nakas, masih pukul tiga pagi, Anka menghela nafas.

"Apa gue mesti makek lagi?"

Anka menggeleng berusaha meyakinkan dirinya. Ia bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Anka menghidupkan air lalu mulai membuka baju. Dengan sisa tenaga Anka membersihkan dirinya.

***

Anka keluar dari kamarnya lalu turun dari tangga, jam masih menunjuk ke angka lima. Nayna yang baru sadar Anka sudah siap dengan pakaian seragamnya mengerutkan dahinya bingung.

"Loh, Anka. Tumben kamu dah siap jam segini," Nayna mencuci tangannya yang tadinya sedang memotong bawang.

"Tadi kebangun, terus gak bisa tidur lagi, Ma," jawab Anka seadanya.

"Mama belum masak apa-apa. Kalau kamu mau sarapan, ada roti yang udah Mama siapin."

Anka mengangguk lalu berjalan menuju meja makan. Anka mengambil beberapa roti dan mengoleskan selai.

Suasana hening dalam beberapa menit.

"Semalem Refyal dateng, Ka," gerakan Anka terhenti seketika.

"Ngapain?"

"Katanya dia mau liat-liat kamar kamu."

Hening.

"Mama gak bisa nolak, dia juga jarang banget bisa dateng kesini. Papanya selalu ngelarang. Kamu gak marah kan, Ka?"

Anka tidak menjawab, ia sibuk mengoleskan roti lalu memasukkan ke dalam mulutnya. Walau terlihat tenang, Nayna bisa menduga bahwa Anka sedang menahan emosi.

Nayna kembali melanjutkan kegiatannya yaitu memasak ayam.

"Anka pergi."

Nayna melihat kepergian Anka dari dapur, ia kira Anka akan lama berada di meja makan lantaran pukul masih menunjuk angka setengah enam. Nyatanya Anka sudah pergi lebih cepat dari yang ia bayangkan.

Anka berjalan menuju garasi, ia mengambil motor kesayangannya lalu melaju dengan cepat meninggalkan perumahan.

***

Ayna bangun dari tidurnya ketika mendengar suara motor yang begitu kencang dari samping rumahnya. Ayna mengintip dari balkon, hari masih sedikit gelap, belum ada cahaya matahari dan cuaca masih dingin tetapi Anka sudah pergi.

"Tuh anak emang, ngidupin motor kenceng kurang kenceng, heran gue," Ayna kembali beranjak menuju kasur tercintanya. Tetapi ketika mendengar suara alarm sudah berbunyi membuat Ayna mengurungkannya.

My Enemy Ayna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang