8. Ikut!!!

2.5K 167 8
                                    

Sepulang sekolah Ayna langsung bergegas membersihkan diri. Selesai membersihkan diri, Ayna langsung terjun ke tempat tidur dan memulai acara indahnya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah tidur.

Ketika hari mulai gelap, dia terbangun dan mendapati rumahnya kosong bak hatinya.

Muka Ayna merenggut ketika mengetahui bahwa Roni-ayahnya-masih belum pulang.

Kenapa Ayah belakangan ini selalu gak pulang, sih?

Ayna menunduk dalam. Tetapi raut wajahnya itu berubah seketika saat mengingat bahwa serial kartun kesukaannya telah dimulai.

Jadi disinilah Ayna sekarang berada, berhadapan dengan sebuah benda kotak tipis yang menampilkan gambar beberapa kuda poni yang lucu-lucu.

"Ish itu kok si Rarity sombong bener? Baru juga makek baju pernak pernik, dia dah sombong. Sepatu janda aja bangga! Gue tendang juga bakalan jadi sampah," gerutu Ayna pada salah satu tokoh kartun yang disukai. Dia memakan popcorn yang tadi sempat dibuat sendiri.

"Itu juga cara jalannya sok anggun! Namanya Rarity juga, bukan Anggun!"

"Rambutnya juga sok-sok badai! Palingan banyak ketombe!"

"Cara makannya apala-"

"Lah-lah, lah lah lah. Kok lampunya mati?" Ayna menatap keadaan rumahnya yang kini sudah menggelap lantaran cuaca yang sudah mahgrib, ditambah lampu rumahnya yang tiba-tiba padam.

Ayna mengalihkan pandangan ke arah pintu memastikan bahwa ada yang rusak dengan sekring listrik.

Ayna berdecak lalu bangkit menuju sekring. "Ini sekring minta ditampol kali ya. Gue lagi enak-enaknya cerahamin si Rarity, heboh bener dah."

Ayna membuka tutup tempat sekring sambil menyipitkan kedua mata. "Gue nggak nampak!" Ayna memukul kening lalu kembali berjalan menuju lemari untuk mencari senter.

"Senter, senter dimanakah engkau?" Gumam Ayna sambil terus mencari dalam keadaan remang-remang.

Sepuluh menit berlalu tetapi Ayna belum juga menemukan apa yang dia cari. Ayna meringis menggaruk tengkuknya. Ia mulai mencari di bagian laci tetapi tetap tak menemukan.

"Senter lo dimana, sih? Perasaan kemarin ada di sini?" tanyanya pada diri sendiri.

Ayna berkacak pinggang kembali memperhatikan seluruh sudut rumahnya. Mulai dari dapur, sofa, ruang tamu hingga ruang keluarga. Sedetik kemudian tubuh Ayna seakan membeku ketika indra pendengarannya menangkap suara-suara aneh. Matanya membulat dan tidak melakukan gerakan apapun.

Pranggg

Suara apa itu?

Suara apa itu?

Suara apa itu?

Kini dalam pikiran Ayna hanya ada satu kata; kabur.

Tetapi Ayna tidak dapat melakukan itu, kakinya terasa di membatu di tempat dengan sangat kuat. Apa yang harus dia lakukan?

Maling?

Apakah maling yang membuat rumahnya yang tadi masih dalam keadaan remang kini sudah menjadi gelap? Tapi dalam pikiran Ayna, masih lebih baik dia harus menghadapi maling daripada harus menghadapi...

Hantu?

"AHHHKKK AYAHHHH!!! TOLONGIN AYNA AYAHHHH ADA HANTUUUUUUU," Ayna berlari sekuat yang dia bisa. Kalian tau? Kalau Ayna sudah ketakutan, maka langkah kakinya menjadi berat seperti dicegat setan. Itulah yang ada dipikiran Ayna.

My Enemy Ayna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang