27. Boneka Penyu

2K 114 0
                                    

Dusk Till Dawn-
Zayn, Sia.

***

"Hiks..."

Suara tangis yang terus muncul dari seorang anak laki-laki membuat Ayna kecil merasa penasaran.

Ayna mengerutkan dahinya bingung, bibirnya sesekali terbuka ketika mencari asal suara tersebut.

Ayna menoleh ke kanan, membuat rambutnya yang terkepang dua ikut bergoyang.

"Kamu kenapa?" tanya Ayna saat melihat seorang anak laki-laki sedang duduk meringkuk di atas tanah.

Anak laki-laki itu menoleh.

Ayna menaikkan satu alisnya ke atas ketika ia belum juga mendapatkan jawaban.

"Kenapa?" tanya Ayna lagi, ia juga ikut duduk di atas tanah.

Anak laki-laki itu menggeleng, lalu melanjutkan aksi tangisnya.

"Ihhh, ih ih. Kamu kenapa sih? Jangan nangis dong, aku kan jadi gak tau mau ngapain," Ayna ikut gelagapan, rambutnya sudah bergoyang kesana-kemari.

"Hiks..."

Ayna menggigit bibir dalamnya. Ia memilih diam.

Setelah beberapa menit menunggu, Anak laki-laki itu tidak kunjung berbicara, Ayna memutuskan untuk pergi.

"Aku ditinggal Mama aku," ucapan tersebut membuat gerakan Ayna yang sempat ingin berdiri terhenti.

"Ditinggal?"

"Iya. Mamaku pergi jauh. Dan gak bakal balik lagi."

"Loh, kenapa gak balik lagi? Emangnya Mama kamu pergi kemana?"

"Kata Papa, Mamaku pergi ke surga. Waktu Papa bilang gitu, aku mau jemput Mama, tapi aku gak tau surga itu dimana," ucapnya dengan lirih.

Ayna kecil mengatupkan bibirnya, mencoba mencari ide. "Jadi kenapa kamu harus sedih? Kamu kan masih punya Papa."

Anak laki-laki itu menggeleng. "Papa juga katanya mau pergi, gak tau kemana, Papa gak bilang. Tapi Papa bilang ke aku kalo dia udah gak sayang aku lagi. Dia punya pedamping lain selain Mama aku."

Ayna memiringkan kepalanya tak mengerti. "Intinya kamu ditinggal sama kedua orangtua kamu?"

"Iya," Anak itu kembali menangis membuat Ayna kembali gelagapan.

"Eh eh, jangan nangis lagi dong," ucapan Ayna diabaikan. Ayna kecil mencoba mencari ide. "Oh tunggu ya! Jangan kemana-mana inget!" setelah itu Ayna pergi dari hadapan anak itu.

Tidak butuh waktu lama Ayna kembali muncul. Kali ini senyumnya lebih lebar dari tadi. Entah bagaimana anak laki-laki tersebut sedikit terpesona ketika melihat wajah Ayna yang berseri-seri.

"Hei!"

"Hei juga."

Ayna tersenyum. "Aturannya aku mau bilang 'Tayo' tapi gak jadi deh."

"Kenapa gak jadi?"

"Gapapa. Kasian aja aku liat muka kamu."

Anak laki-laki itu menarik ingusnya membuat Ayna terkekeh. "Jangan nangis lagi tau. Kamu kan cowok."

"Emang kenapa kalo cowok nangis?"

"Aneh. Kalo kamu besar pasti bakal diejekin."

"Tapi aku kan sekarang lagi kecil. Gak masalah kan?"

My Enemy Ayna Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz