45. Permintaan Maaf

1.8K 118 16
                                    

Xxxtentacion - Changes

***

Lama-lama hati gue bisa nyangkut tau nggak, sih. Nyangkut di hati lo

-A-

***

"Ka, mau okky jelly drink?"

Suara yang memasuki gendang telinga Anka langsung mendapatkan pelototan dari sumbernya. Tidak lepas dari itu, Anka semakim menajamkan tatapannya.

Ayna nyengir lebar. "Mau, Ka? Gue beliin lo nih di kedai Mpok Siti. Jarang-jarang tau gue baik kek gini. Lo terima kek apa kek."

"Ogah."

Bibir Ayna cemberut. "Kenapa? Itu namanya lo nggak tau diri."

"Suka gue dong."

Ayna mencibir lalu ikut duduk di samping Anka. "Dijahatin salah, dibaikin salah. Lo maunya apa, sih?"

Pandangan Anka yang tadinya ke atas jadi teralihkan ke arah Ayna. "Seharusnya gue yang nanya itu. Lo maunya apa, sih?"

"Eummm gue maunya lo nerima okky gue," jawab Ayna enteng, bahkan terlalu enteng.

Terdengar helaan napas dari bibir Anka. "Gue bilang tadi apa? Ogah kan."

"Tapi-"

"Diem aja apa susahnya?!"

Perkataan Anka yang terdengar tajam itu membuat bibir Ayna terkunci rapat. Ia mengalihkan pandangannya dari Anka dan ikut menatap ke atas, tepatnya menatap langit.

Ayna terdiam sambil membuka okky jelly drink yang ia pegang lalu meminumnya.

Siang ini begitu cerah, langit biru disertai awan putih berterbangan di sekelilingnya. Udara juga tidak terlalu panas membuat suasana hati Anka tidak buruk jika saja tidak ada Ayna disampingnya.

"Ka," lirih Ayna lagi.

"Hmm," gumam Anka terlihat lebih santai.

"Gue.... mau minta maaf."

Anka melirik Ayna sedikit, ia sedikit terkejut karena mendengar ucapan 'maaf' yang keluar dari bibir muna itu.

Selanjutnya hening. Anka sengaja tidak membalas agar Ayna melanjutkan permintaan maafnya.

"Gue... salah. Kata Nafia gue itu masih anak-anak. Nggak pernah ngertiin perasaan orang. Egois, munafik, dan childish. Gue berusaha ngebuang ego gue dengan minta maaf ke elo."

Tenggorokan Ayna terasa kering, baru pertama kalinya ia meminta maaf pada cowok. Ternyata rasanya seperti ini.

"Maaf ya, Ka. Udah maksa lo untuk ngikutin kemauan gue. Kemarin juga gue tau, kalau gue kurang ajar banget. Maafin gue," suara Ayna melemah, ia benar-benar merasa bersalah sekarang.

Ekspresi Anka tidak berubah, tetap datar seperti sebelumnya.

"Maaf, Anka," ucap Ayna sekali lagi, berharap mendapat respon.

"Gue maafin," sahut Anka yang membuat lengkungan di bibir Ayna tercetak. "Asal.... ada syaratnya."

"Syarat apa?"

"Lo mau, nggak?"

Ayna nampak menimang, ia sedikit tidak yakin ketika melihat raut wajah Anka yang seperti sinisan. "Gu-gue..."

"Mau nggak? Kalau nggak mau, ya terserah."

"Gue mau kok. Syaratnya apa?"

Mata Anka memicing. Ia belum menjawab hingga kelima menit kemudian, karena sengaja membiarkan Ayna termakan rasa penasaran.

My Enemy Ayna Where stories live. Discover now