5. Stalker?

3.4K 210 67
                                    

Ayna berjalan menuju cermin kamarnya, setelah mengeringkan rambut dengan hair dryer, dia memberikan conditioner terlebih dahulu pada rambutnya. Agar rambutnya harum, lembut dan tidak berkutu.

"Hei tayo hei tayo dia bis kecil ramah..." Ayna terus-terus saja menyanyikan lagu kartun kesukaannya itu. Mulai dari membersihkan diri, berpakaian, mengeringkan rambut, hingga sampai ingin tidur. Rasanya dia tak akan pernah lelah menyanyikan lagu tersebut.

Ayna berbaring di tempat tidurnya, menerawang berbagai kejadian-kejadian yang telah dia lakukan pada Refyal.

Sejak pertama kali MOS di SMA Merpati. Ralat, sejak kecil, Ayna sudah menyukai Refyal, bahkan sampai saat ini. Tetapi dia belum menunjukkan kemajuan sama sekali. Memang Refyal itu seperti tak tersentuh.

Ayna kembali memikirkan hal apa yang akan dia lakukan esok untuk Refyal. Sudah segala cara telah dia coba. Memasakkan Refyal makanan? Sudah. Memberikan note kecil berbentuk hati dengan berisi kata-kata mutiara di loker Refyal? Sudah. Mengikuti segala kegiatan-kegiatan Refyal? Sudah.

Bahkan dia sengaja masuk ekstrakurikuler basket ketika kelas sepuluh hanya untuk menarik perhatian Refyal, tetapi semua perjuangannya seakan sia-sia. Tidak berguna sama sekali.

Ayna memang tidak seberani itu untuk menyapa Refyal. Dari dulu, dia sangat pemalu bila berhadapan dengan seorang Refyal. Padahal mah aslinya dia bukan pemalu tetapi malu-maluin.

Ayna heran mengapa dirinya seaneh itu. Jadilah dia sangat jarang untuk menemui Refyal, jangankan menemui, saling sapa saja Ayna sudah sangat bersyukur.

Ayna tak henti-hentinya menguntit hal apa saja yang dilakukan Refyal setiap hari. Bahkan Ayna sudah hapal segala kegiatan Refyal dari pagi sampai sore. Saat pagi, tentu saja Refyal pergi ke sekolah. Sepulang sekolah dia akan kembali ke rumah sebentar untuk makan dan berganti pakaian. Saat sore hari dia akan bermain basket bersama teman-temannya di lapangan kompleks dekat rumahnya. Refyal juga sering sekali bermain ke rumah Lanfi. Itu sebabnya Ayna sangat mengenal Lanfi. Lanfi adalah sahabat karib Refyal semenjak SMA.

Tentu Refyal murid yang pintar, kegiatannya tidak hanya bermain atau hunting bersama teman-temannya. Ayna yakin, di malam hari Refyal sangat giat belajar sehingga dia bisa pintar. Kalau tidak, bagaimana bisa dia pintar? Sungguh pria idaman, pikir Ayna. Sudah ganteng, ramah, baik, pinter, tajir, kurang apa?

"Gue harus lakuin apa lagi sih supaya lo mau mandang gue, Kak," gumam Ayna yang tidak pantas disebut gumaman.

Ayna memandang ponsel yang dia letakkan di sampingnya. "Gue chat nggak ya?" tanyanya pada dirinya sendiri. Ayna kembali mengalihkan pandangan ke atap kamarnya seolah berpikir.

"Coba aja kali ya," Ayna mengambil ponselnya dengan gerakan cepat. Dia mencari nama kontak yang diberi nama 'pacarku sayang' alay memang, tetapi Ayna tidak memikirkan hal itu. Yang penting ia bahagia.

Sebenarnya, nomor Refyal tidak sembarangan tersebar sampai ke seluruh SMA Merpati, apalagi banyak sekali para zombie yang menginginkan nomor Refyal termasuk Ayna. Tetapi Ayna memilih cara yang anti-mainstream dengan meminta pada sahabatnya, Lanfi. Dengan jaminan sneakers yang dibeli Ayahnya saat di paris dulu.

Sneakers mahal kesayangannya saja sanggup dia berikan pada orang lain demi mendapatkan nomer Refyal, apalagi jika ada orang yang menjamin bahwa dirinya bisa mendapatkan Refyal? Mungkin Ayna akan memberikan ginjalnya agar menjadi jaminan.

My Enemy Ayna Where stories live. Discover now