19. Mak Comblang

1.9K 110 3
                                    

"Karena yang hangat itu cuman elo."

-A

***

Ayna terkekeh melihat tingkah Anka yang terlihat seperti anak kecil. "Oke-oke. Gue bakal klarifikasi ke mereka kalo itu cuman iseng-isengan gue aja."

Kini tatapan Anka kembali pada Ayna, ia menatap tepat pada manik mata Ayna. "Lo serius?"

Ayna mengangguk sambil tersenyum manis. "Asal lo jadi mak comblangnya gue sama kakak lo."

Beberapa menit setelah Ayna berbicara, keheningan lah yang menguasai.

"Lo gila!" ujar Anka akhirnya.

"Iya! Gue emang gila. Asal lo tau, gue udah gila semenjak kenal sama abang lo."

Anka menggeleng-gelengkan kepalanya tak mengerti. "Asal lo tau juga ya, gue gak akan pernah mau jadi mak comblang lo dengan abang gue!" Anka meninggalkan Ayna dengan tatapan lebih datar dari yang sebelumnya. Ia sudah lelah dengan hidupnya. Ia memutuskan untuk ijin agar bisa pulang duluan. Ia ingin mengistirahatkan otaknya.

"Kalo lo mau, gue selalu ada di rumah. Inget!" teriak Ayna memberitahu.

Anka memejamkan matanya untuk sabar. Ia butuh berpikir untuk saat ini.

***

Kelas 12 IPA 1 kini sedang olahraga. Refyal dan teman-temannya lebih memilih bermain basket, sedangkan yang lainnya ada yang bermain futsal maupun voli.

"Ref! Gue denger yak, adek lo nembak si Nolla tuh," celetuk Herry sambil mendrible bola.

"Hooh nembaknya pakek cara alay pula tuh. Jijik gue bayanginnya. Kek anak tk sumpah," ucap Leo.

"Yang lebih anehnya dia nulisnya di stick note terus dilengketin di mading. Norak bet dah," sahut Lanfi ikut campur.

Refyal terkekeh kecil. "Tuh anak kan emang iseng banget."

"Gak mungkin iseng itu mah. Dia kan gak suka bikin sensasi, Ref. Lo gimana sih, sama adek sendiri masa gak tau," ujar Leo tak mengerti.

"Nah! Bener tuh," setuju Lanfi dan Herry.

Refyal menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Justru itu, karena dia adek gue, gue lebih tau dia daripada kalian," Refyal meninggalkan ketiga temannya, ia melambungkan bolanya tinggi pertanda ia tak suka adiknya diejek-ejek.

"Lah, marah dia Yo!" Herry menepuk jidatnya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Leo.

"Ya marahlah bego! Adek dia diejek-ejek. Coba adek lo gue ejek-ejek. Marah kagak lo?" Lanfi mengambil bola yang tadinya dilambungkan oleh Refyal. Ternyata bolanya sudah terpental jauh.

"Gue mah kagak punya adek, tolol. Mana bisa gue marah."

"Iya'in ae kalo lo ngomong."

Refyal berjalan memasuki aula, ia berniat mengganti baju disitu. Sebelumnya dia sudah mengambil seragam sekolahnya.

Ruang aula adalah tempat yang tetap sejuk walau luas. Disini sudah terpasang beberapa AC yang telah dihidupkan sepanjang waktu. Jadi ruang ini sangat tepat untuk dijadikan tempat beristirahat selesai olahraga.

Dengan keringat yang terus mengucur, Refyal membuka baju lalu mengibas-ngibaskannya untuk mendapatkan angin. Lalu menggantinya dengan seragam putih.

"Hufttt."

Refyal mengerutkan dahinya bingung ketika baru saja mendengar suara orang menghembuskan napas. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruang.

"Ihhh! Anjir emang. Si squidward sok cool itu masih aja belum mau jadi mak comblangnya gue. Keukeuh banget emang tuh orang, udah gue kerjain sampe segininya juga masih aja bertahan. Gue harus ngelakuin apalagi coba," Ayna keluar menampakkan batang hidungnya. Tadinya dia sedang tidur-tiduran di salah satu bangku aula. Dirinya tertutupi oleh bangku aula yang lain sehingga Refyal tak tau bahwa ada orang selain dirinya disini.

My Enemy Ayna Where stories live. Discover now