11. Adu Mulut

2.5K 158 5
                                    

Something-George,
Kang Hye In

***

Ayna membuka matanya secara perlahan. Selimut masih menggulungi seluruh tubuhnya, udara pagi memasuki celah-celah jendela.

Dia melirik ke arah jam weaker. Waktu menunjuk pukul enam kurang sepuluh menit. Dengan terpaksa dia harus bangkit dari kasur tercintanya itu.

Ayna menatap nanar kasur kesayangannya itu. "Aku ... gak kuat ninggalin kamu..," lirihnya.

Beberapa menit terus menatapi kasur, Ayna langsung tersadar akan apa yang dia lakukan. "Lebay banget haelah."

Ayna berdecak lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Lima belas menit berlalu, Ayna keluar dari kamar dengan ransel yang sudah bergantung cantik di punggungnya.

Mata Ayna memicing ketika melihat seseorang tengah berbaring di sofa ruang tamu.

Hawa di sekitar Ayna seketika memanas ketika mengetahui bahwa orang tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah ayahnya. "A-ayah...," cicitnya.

Ayna mendekat menuju sofa. "Ayah .... Kenapa baru pulang?" Ayna memberanikan diri untuk bertanya.

"....."

"Ayah..."

"....."

"Ayah mabuk lagi?"

Roni--ayahnya Ayna-- membuka mata. Dia menatap anaknya dengan tatapan yang bisa dikatakan lebih tajam dari sebuah pedang.

"A-ayah .... Masih sering pergi ke tempat itu lagi?" kini Ayna sudah mulai terisak, tetapi tatapan Ayahnya seolah sudah menjelaskan semuanya.

Roni berdiri lalu berjalan menuju kamar. Tanpa sepatah kata pun.

***

"Woy! Minggir ada air panas anjir."

"Elah, sans ae kali."

"Diem lo sebelum mulut lo gue cucukin cabe rawit."

"Kalo cabe yang bohay itu sih gue mau, Na. Tapi kalau cabe rawit mah gue ogah."

"Haha! Seenak jidat bapak lo ya. Serah gue dong kalau gue mau cucukinnya pake cabe rawit."

Ayna berjalan santai melalui ramainya kantin. Sedari tadi, kerjaannya hanya mengomel pada orang yang memotong antriannya. Jadilah Ayna menjadi seperti ini.

"Ck, gak usah ngegas juga, Na."

"Diem lo!" nyatanya, Ayna tidak membawa air panas sama sekali.

Ayna melirik seluruh isi kantin, senyumnya kembali mengembang saat matanya berhasil menemukan kekasih dalam khayalannya.

Refyal. Sangat indah, pikir Ayna.

Ayna langsung bergegas mengambil meja di dekat Refyal. Tetapi, sebelum Ayna sampai pada meja kosong yang ada di sebelah Refyal, seseorang sudah menempatinya duluan.

Kening Ayna berkerut. "Oi meja gue tuh, minggir lo minggir!" ucapnya pada seseorang tersebut.

"Yaelah, Na. Nih meja bukan punya nenek lo, kan? Ngapa lo yang ngatur?"

Ayna berjalan mendekat dan menggebrak meja. "Berani loya nantangin gue, mau mati hah?!" jadilah suara Ayna yang cempreng itu bergema di seluruh kantin.

My Enemy Ayna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang