Epilog

2K 124 31
                                    

Vote dulu yaw🐉

Happy reading🔥

-------------------

Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage." - Lao Tzu

------------------


Pagi ini matahari lebih cerah dari biasa. Burung-burung berkicau menambah kesan mengagumkan, belum lagi bunga yang bermekaran di setiap sisi kampus. Udara terlihat lebih segar, namun tak urung mengurangi riuh di lapangan outdoor.

Gadis itu, Ayna, mengusap peluh keringatnya yang terus-menerus mengucur dari pelipis. Di genggamannya terdapat tabung wisuda dan di kepalanya terpasang mortarboard berjenis beludru.

Ayna menghela napas, matanya celingukan mencari seseorang. "Aduh, Ayah mana yak." Gadis itu terus menyapu halaman kampus, mencari seorang lelaki yang selalu dia kagum-kagumkan selama ini di tengah keramaian.

Ayna menyingkap jubah toga kelulusannya yang keliatan kebesaran. Dia meneguk ludah akibat cuaca gerah membuatnya haus.

Seperti yang kalian duga, hari ini, Ayna menjalankan wisuda kelulusannya. Ya, mungkin kalian tidak percaya, namun kenyataannya begitu, Ayna tidak menjadi mahasiswi abadi. Buktinya, sekarang dia sudah menerima gordon atau medali wisuda sebagai penghargaan yang diberikan dosen tertinggi.

Para dosen mulanya tidak percaya Ayna bisa lulus, namun mereka tetap memberikan acungan jempol akibat gadis itu benar-benar berubah menjadi baik.

Kepala Ayna menoleh ke kanan dan kiri, hingga hampir sepuluh menit celingukan, Ayna menemukan apa yang dia cari. Dengan girang, gadis berkuncir kuda berbalut mortarboard berlari seraya melompat gembira menuju Roni--Ayahnya. Tassel yang tergantung di mortarboard tersebut bergoyang kesana-kemari kala Ayna terus berloncatan menghampiri sang Ayah.

Roni tersenyum lebar, menatap anak gadisnya yang sudah tumbuh besar bahkan sampai masuk tahap wisuda.

Ayna memeluk Roni semangat. "Ayahhhh!!!! Ayna lulussss yeayyyyy!! Ayna lulus, Yah. Ayna lulus!!" pekiknya girang sembari mencak-mencak.

Roni terkekeh lalu balas memeluk Ayna. "Selamat anakku. Kamu sudah menjadi anak gadis Ayah yang pintar."

Pipi Ayna bersemu. Tidak pernah dia bayangkan dirinya bisa sedekat ini pada Ayahnya. Sungguh Ayna sangat bahagia.

Ayna tersenyum senang lalu mengurai pelukan mereka. Matanya jatuh pada buket bunga lily yang dibawa oleh Roni. "Buat Ayna?"

Roni mengangguk dengan senyum yang masih bertengger di wajahnya. "Buat Putri Ayah."

Ayna menyengir lebar lalu menerima bunga tersebut, menghirupnya dalam sembari memejam mata, menikmati harum semerbak yang berasal dari bunga tersebut.

"Permisi, apa kalian tidak mau berfoto?" tanya salah satu fotographer.

Ayna menoleh cepat, dengan segera dia menarik Ayahnya menuju tempat berlatar. "Ayah, ayok foto!!!" ajaknya semangat. Dia bahkan terus mencak-mencak saking bahagia.

Roni terkekeh kecil lalu mengikuti langkah Ayna. Mereka sama-sama tersenyum lebar menghadap kamera. Ayna merekahkan senyum tatkala flash menyala. Dia mengangkat kedua tangannya menampilakan tabung wisuda dan buket pemberian Ayahnya. Ayna terus menampilkan raut bahagia sampai potret yang kelima, hingga sang fotographer memberikan cetakan foto tersebut pada Ayna.

My Enemy Ayna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang