28. Cara Lainnya

1.9K 117 0
                                    

Saat ini emang gue nggak punya hati. Karna hati gue lagi dimalingin sama dia.

-A

***

Sedaritadi Ayna terkikik ketika ia berhasil melewati para penjaga upacara. Saat ini ia sedang berada di ruang osis. Saat sedang kabur, Ayna melihat ruang osis yang pintunya terbuka lebar seolah-olah memang mengijinkan Ayna masuk, dan beruntungnya lagi ruang osis sedang kosong. Semua anggota osis mengikuti upacara. Sedangkan Ayna, malah enak-enakan.

"Hahaha, rasain tuh si Nafia! Gue ajak bolos upacara kagak mau, sok suci! Sekarang pasti nyesel tuh orang, malah panas banget lagi mataharinya."

"Gue mah enak, ada wifi lagi," Ayna mengeluarkan ponselnya.

Wifi di ruangan osis benar-benar kencang. Ayna mencuri kodenya dari kakak kelas. Kalau Ayna mau, apa yang gak bisa coba?

"Nih sofa apa kasur. Empuk bener dah," Ayna mengenjut-enjut sofa.

"Nyaman," Ayna melentangkan tubuhnya di sofa. "Kayak Kak Refyal."

Ayna membuka aplikasi hago. Ia sangat menyukai permainan itu.

"Gue mah pinter bener mainnya. Asik menang-menang aja," Ayna terus bersorak senang akibat game yang ia menangkan terus.

"Lo ngapain, Na?" tanya Nathan, ketua osis SMA Merpati.

Ayna menoleh. "Loh, ngapain lo kesini? Udah siap upacaranya? Cepet bener dah perasaan."

"Cepet pala lu! Gue aja udah mau terbakar ini."

"Ye selo lah, setan. Ngegas banget lo ngomongnya."

"Jadi ngapain lo kesini?" Nathan berjalan menuju meja, ia mengambil minum lalu meminumnya.

"Gak punya mata lo? Gue lagi nyuri wifi ini."

Nathan memicingkan matanya. "Gak upacara lo ya?"

"Emang," jawab Ayna santai.

"Wah parah lo gila. Jujur jangan ke gue, gue kan ketua osis. Gue kasih tau ke Bu Emi lo ya."

"Lah, lo kan nanya. Ya gue jawablah. Mana mau gue boong-boong. Dosa!"

"Sok suci! Jadi lo pikir bolos upacara itu gak dosa?! Orang panas-panasan di terik matahari lo enak-enak disini. Malah duduk di sofa gue lagi," Nathan melihat sofanya yang sudah agak peot sebab cara duduk Ayna yang entah bagaimana. "Awas lo awas!" Nathan mendirikan paksa Ayna, ia menarik tangan Ayna kuat.

"Sakit bengak!"

"Ya makanya lo pergi!"

"Gue gak mau! Gue mau bolos sampe istirahat. Jam pertama Pak Supri, males gue asik diceramahin mulu."

Nathan menggelengkan kepalanya tak percaya. "Heran gue liat lo. Ke sekolah ngapain coba."

"Nengok Kak Refyal lah apalagi," gumam Ayna, ia kembali duduk, tetapi Nathan tidak mengijinkannya lagi.

"Kalo lo bolos jangan disini. Udah tau ruang osis. Beneran gue kasih tau Bu Emi baru tau rasa lo."

"Kasih tau aja kalo emang lo berani!" Ayna berjalan meninggalkan Nathan dengan sebal. Wifi yang tadinya sangat kencang harus terpaksa Ayna tinggalkan.

Karena tidak mempunyai tujuan, Ayna akhirnya berjalan menuju kantin.

"Mpok! Pesen nasi gurihnya satu," pinta Ayna pada Mpok Yuli. Tadi pagi ia tak sarapan, pas sekali sekarang perutnya berbunyi minta diberi asupan.

"Loh katanya kamu gak mau kesini lagi kemarin," ucap Mpok Yuli yang masih ingat dengan perkataan Ayna.

"Itukan kemarin. Sekarang beda. Udah cepetan Mpok! Aku gak mau mati cuman karna kelaparan."

"Iya, iya! Nih!" Mpok Yuli meletakkan nasi gurih yang Ayna pinta, lengkap dengan jus jeruknya.

Baru saja Ayna ingin melahapnya, tiba-tiba Anka datang dari arah pintu. Ia duduk di samping meja Ayna lalu memesan yang sama seperti Ayna.

"Ihhh tuh orang gak pernah buat gue tenang sedikitpun. Dimana-mana ada, macem setan!" Ayna terus mengumpati Anka. Apalagi saat Ayna sedikit melirik ke arah Anka, Anka juga balas menatapnya.

Anka tersenyum miring, yang membuat Ayna mencak-mencak sendiri. "Apaan coba pakek senyum-senyum miring segala. Minta di toyor dia nih namanya," Ayna menahan kesabaran untuk tidak menemui Anka dan melabraknya.

Disana Anka makan dengan lahap, sedangkan Ayna tidak mempunyai selera lagi. Tetapi Ayna tetap menghabiskannya, Ayna tidak perduli, yang penting tidak mudbazir.

"Gue punya kesabaran yang ekstra, bangsat!" sindir Ayna ketika melewati meja Anka. Ia sedikit membesarkan volumenya. Lalu berjalan santai menuju pintu keluar.

"Loh, Ayna! Kamu kan belum bayar! Kok malah main pergi-pergi ajasih?" teriak Mpok Yuli kuat.

Disana Ayna langsung memukul jidatnya. Ia langsung mengeluarkan uang berwarna hijau dan meletakkannya di atas meja. Tanpa menoleh sedikitpun Ayna langsung pergi dengan langkah cepat. Mengapa ia bisa lupa membayar coba? Setanlah! Pasti Anka sedang mentertawakannya.

Wajah Ayna memerah, tidak berhenti untuk terus mengumpati Anka.

"Gue malu!"

***

Ayna memasuki kelas, kini sudah istirahat. Ia duduk di bangkunya.

"Lo darimana aja sih, Na?" tanya Dara.

"Biasa. Diakan laen jiwanya, Dar. Waktu masuk, dia malah ke kantin. Waktu istirahat, dia ke kelas. Kan sakit," jawab Nafia menyindir.

Ayna berdecak. "Ye selo dong lo! Gue masih punya hati, jangan maen nyindir aja."

"Sok punya hati!"

"Saat ini emang gue gak punya hati. Karna hati gue lagi dimalingin sama Kak Refyal."

"Bacot!" Nafia menarik tangan Dara menuju kantin.

Ayna menelungkupkan wajahnya. Saat menuju kesini, Ayna kembali melihat kedekatan antara Refyal dan Nolla. Hati Ayna bagai ditusuk perlahan. Sangat sakit.

"Na! Di depan ada Kak Refyal tuh!" panggil Rian.

Ayna langsung mengangkat kepalanya. "Nyariin gue?" mata Ayna berbinar seketika.

"Ya bukanlah! Maksudnya di depan lagi duduk-duduk bareng si Nolla. Lagian mana mungkin juga dia nyariin lo. Kenal aja kagak."

Ayna kembali murung. "Diem lo!"

"Gue kan cuman ngasih tau."

Ayna mengabaikannya. Ia kembali menelungkupkan wajahnya. Ia kehabisan cara untuk mendekati Refyal. Melalui Anka saja tidak berhasil. Apa cara lainnya?

Pikiran Ayna terus berkeliaran memikir cara lain. Ia terus berpikir dan berpikir, hingga akhirnya ia lelah dan mengantuk. Dengan langkah segera ia keluar kelas. Bel sudah berbunyi sedaritadi, yang artinya Refyal telah kembali ke kelasnya.

"Mau kemana lagi lo, Na?" tanya Dara yang baru datang bersama Nafia.

"Mau tidur. Gue mau ke uks. Ijinin gue kalo gue sakit."

Dengan santai Ayna berjalan, meninggalkan Nafia yang terus mengumpatinya. Dara sendiri hanya menggeleng-gelengkan kepala.

***

Hoi:'

Ada orang disini? Ada? Ada? Kalo ada bilang hadir. Kalo gak ada yaudah.

Salam yaudah,
Istri sah satu-satunya Jeon Jungkook🚿

My Enemy Ayna Where stories live. Discover now