16. Air Mata

2.5K 134 3
                                    

Melupakan kamu itu sama saja dengan melupakan diriku sendiri.

-A

***

Hari ini hari minggu, Refyal berencana untuk lari pagi sebentar. Papanya tidak pulang sejak semalam, kapan lagi dia mempunyai kesempatan emas seperti ini. Dia mengambil handuk kecil lalu melingkarkannya di leher.

Pagi ini cuaca sangat mendukung, udara pun begitu segar disambut suara nyanyian para burung di atas pohon. Refyal berlari menyusuri setiap taman. Bahkan bukan hanya Refyal saja yang berlari, ada banyak manusia disini, tetapi tidak terlalu dihiraukan oleh Refyal.

Sudah hampir setengah jam Refyal berlari, karena dirasa cukup dan dirinya sudah lelah, akhirnya dia membeli minuman dingin lalu meneguknya. Dia duduk di bangku kosong samping sebuah pohon. Pikirannya kembali pada hari kamis kemarin, dimana Ayna meletakkan sebuah surat dengan boneka penyu di lokernya.

Dia bingung, mengapa Ayna memberikannya boneka? Yang lebih anehnya, Refyal merasa pernah melihat boneka tersebut, tapi dimana? Kapan?

Refyal berencana tidak ingin menanyakannya langsung pada Ayna, dia masih ragu. Entah apa yang diragukan pun Refyal sendiri tak tau.

Refyal menghembuskan napasnya lelah, segera dia menghabiskan minumannya lalu kembali berlari.

***

Pagi ini Ayna tidak mempunyai tujuan, dia sudah merencanakan dari semalam bahwa minggu ini tidak akan terus mengisi tenaga dengan tidur.

"Ayna kampret! Bangun! Gue kan udah bilang semalem kalo pagi ini tuh kita harus pergi lari," titah Nafia yang sudah berada di rumah Ayna.

"Nghhh," gumam Ayna masih memeluk gulingnya.

"Setan emang, bangun kebooo!"

"Apasih, Naf? Gue tuh capek tau, biarin gue satu hari aja tenang bisa?"

Mata Nafia membulat. "Apa lo bilang? Biarin lo satu hari aja tenang? Malah tiap hari lo itu selalu gue buat tenang. Karena terlalu gue manjain makanya lo jadi ginikan. Sekarang gak bakal gue kasih poin lagi, cepet bangun!"

Ayna mengusap air liur yang keluar dari mulutnya. "Kumur-kumur lo? Gak ngerti gue."

"Ihhh jorok lo ah ngences pula lagi, anjir. Cepet mandi sekarang atau gue poto lo dengan pose lo yang kayak gitu terus gue kasih ke Kak Refyal. CEPET MANDI AYNA JOROK!" jerit Nafia yang sudah terlalu sabar menghadapi kelakuan sahabatnya yang satu itu.

Ayna memutar bola matanya malas. "Iya iya, dasar mak lampir," Ayna bangun dengan malas sambil menguap dengan lebar. "Gue belum mandi aja masih cantik," gumamnya saat melewati kaca tidur.

"Tau diri sikit dong, mbak," sindir Nafia.

"Gue selalu tau diri, kalo lo lupa," Ayna menutup kamar mandi dengan kencang, membuat Nafia mengelus dadanya.

"Lama-lama ayan gue disini gara-gara lo, sumpah."

"APA? AYAM? AYAM GORENG KAN SEDAP, NAF. APALAGI CAMPUR SAUS ABC. MANTEP BANGET DAH TUH," teriak Ayna dari dalam kamar mandi.

"IYA! LO NANTI YANG GUE JADIIN AYAMNYA. TENANG AJA."

"Oh, oke-oke," ucap Ayna lagi dengan suara kikikan. Dasar gila.

Beberapa lama kemudian, selesailah Ayna bersiap-siap. "Kita mau lari dimana, bos?"

"Di panglong!" jawab Nafia kesal.

"Oh oke-oke," Ayna mengangguk-anggukan kepala, Nafia dibuat semakin kesal akibatnya.

Nafia dan Ayna keluar rumah, sebelum pergi Ayna mengunci pagar terlebih dahulu.

My Enemy Ayna Where stories live. Discover now