61. Malu

1.5K 129 10
                                    


Menyukai sahabat sendiri, apa itu salah?

-A-

****


"APA? JADI SELAMA INI LO DIRAWAT DI RUMAH SAKIT KARENA KECELAKAAN MOTOR?!" teriak Nafia, Dara, Meli, serta Artha secara bersamaan.

Ayna menutup telinganya malas. "Diem kek lo pada! Gini aja baru kompak lo semua."

Nafia menggoyang-goyangkan tubuh Ayna yang sedang duduk bersander di bangsal kasur. "Kenapa lo gak bilang dari kemarin, sih, Na? Gegara lo, gue kira lo enak-enakan liburan karena gak ngabarin gue sama sekali. Asal lo tau, ya! Lo ilang selama lima belas hari tanpa kabar, gimana gue gak cemas hah?!"

Ayna menepis lengan Nafia yang terus menggoyang tubuhnya. "Gue masih pusing, setan! Bisa gak lo gak usah tereak-tereak depan kuping gue?!"

Nafia menyengir kecil. Dia duduk di samping Ayna lalu mencubiti pipi gadis itu gemas. "Gue kangen tau sama, lo."

Dengan segera Ayna menepis tangan itu. "Lebay lo, kampret. Jauh-jauh sana! Gue secetek pun gak kangen sama lo."

Nafia menoyor kepala Ayna pelan. "Selo lah sempak. Jangan paksa gue bikin lo koma lagi."

Bibir Ayna terbuka ingin membalas, tetapi tiba-tiba pintu dibuka menampilkan Mesy yang sedang menenteng kresek.

"Apaan tuh?" tanya Artha duluan.

"Bubur," Mesy berjalan mendekati Ayna dan membuka bungkusan yang dia bawa.

"Hah? Perhatian bener lo ama Ayna. Sampe niat beliin bubur gitu."

Mesy mendelik malas. "Ya kali. Gue juga ogah ngabisin duit buat beliin bubur si Ayna doang."

"Jadi itu apa, pe'a? Kalo gak lo beli lo apain? Curi?!" Nafia jadi emosi sendiri.

"Dari si Anka, tai. Heboh bener lo semua."

"Anka?" Mereka semua terlepelongo, tak terkecuali Ayna.

Nafia beralih menatap Ayna. "Si sialan itu kan dalangnya, Na? Gue tanyain dia dari kemarin lo kemana, tau lo jawabannya apa? Gak tau. Nyatanya dia yang buat lo masuk rumah sakit, kan? Bener kan? Tai bener tuh monyet satu."

"Emang bener si Anka yang bikin lo gini, Na?" Artha ikut mendekat, menelisik ekspresi Ayna yang kian masam.

Ayna mendesis kesal. "Duh ... lo semua gak bisa apa gak usah kepo dulu?! Gue pusing mikirin pertanyaan lo pada!"

Nafia merenggut. "Tapi kita kepo, Na! Lo ilang dua minggu tanpa kabar, lo pikir kita gak khawatir hah?!"

Dara mengangguk menyetujui. "Hooh, si Nafia bahkan ngira lo ilang karena dicuri tukang santet."

Ayna bersidekap, melirik satu-persatu raut para sahabatnya. Tidak ada dusta, memang mereka nampak cemas, Ayna jadi bingung harus apa.

Memilih berbaring, Ayna mengabaikan mereka berlima.

"Woi! Sempak lo, Na. Malah tidur. Jawab dulu kambeng!"

Ayna melempar bantalnya tepat di depan wajah Nafia.

"Ribet amat lo semua, kayak cewek! Keluar ah! Gue mau istirahat bentar. Kalo gue udah masuk sekul dah baru gue ceritain semua apa yang gue alamin, brengsek!"

Nafia kembali melempar bantal yang tadi di lempar Ayna pada Ayna balik, alhasil Ayna mendumel marah.

"Kita emang cewek kali, Na. Tapi, lo janji! Pas lo masuk, lo utang cerita sama kita."

My Enemy Ayna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang