36. Bucin

1.9K 120 3
                                    

"Anka tai tungguin gue!"

Anka memberhentikan langkah kakinya. "Apa lagi?"

Ayna ikut berhenti tepat dihadapan Anka, ia mengatur nafasnya yang tersenggal. "Lo kalo jalan itu pakek headseat ato apa coba. Gue manggil gak denger-denger masa?!"

Anka menaikkan satu alisnya ke atas. "Lo mau ngomong apa? Cepetan!"

"Ck, sok sibuk lo. Gue mau nanya, tempat lo kemarin bawa gue, tempat apasih?"

"Kepo lo ya?"

"Enggak, cuman penasaran aja."

"Bukan tempat apa-apa."

"Ish serius gue, tempatnya angker gitu gue liat." Ayna bergidik ngeri membayangkan pohon yang ada di taman belakang tempat tersebut.

"Lo bisa nengok hantu?" Anka menatap meremehkan.

"Ihh bukan loh tapi gue ngerasa gitu, banyak hantunya." Ayna memperkecil volume suaranya ketika menyebut nama 'hantu'.

Anka tersenyum miring. "Kalau ada hantu juga hantunya yang bakal takut sama lo, Na."

Ayna cemberut. "Lo kira mukak gue se-nyeremin itu apa."

"Bahkan lebih dari kata serem kalo lo mau tau."

"Enak aja! Gue itu cantik kek Ratu Elsa."

Anka menarik alisnya. "Lo ngomong apa?"

"Tai ayam!" jawab Ayna ketus.

"Ka lo dipanggil sama Pak James katanya lo harus ikut pertandingan basket nanti," sahut Rudi yang entah datang dari mana.

"Si Anka ikut tanding basket?" Ayna tertawa kencang menanggapi sahutan Rudi.

"Napa lo, Na? Sawan?" tanggap Rudi ketika sampai di depan Anka dan Ayna.

Ayna memukul jidat Rudi dengan sengaja.

"Gak mau gue, lo kan yang nge-request gue ke Pak James," jawab Anka ogah-ogahan.

"Enggak Ka, sumpah. Ini Pak James sendiri yang minta."

"Jadi kenapa dia bilangnya ke elo? Kenapa gak langsung di gue?"

"Kalo itu gue gak tau, mendingan lo tanya aja Pak James sana."

Kening Anka bergelombang. "Ogah, malesin banget."

"Si Anka emang jago main basket?" kali ini Ayna yang bertanya.

Rudi mengangguk. "Lumayan, soalnya dia suka latihan di rumah gue."

Anka memukul kepala Rudi kuat. "Gak usah bacot, ayo!" Ia menarik tangan Rudi dengan paksa.

"Eh, serius Rud?" tanya Ayna tak percaya.

Rudi ingin menjawab, tetapi kepalanya sudah dicengkram Anka agar tidak melirik ke belakang.

Ayna ingin menyusul, tetapi bel masuk sudah berbunyi. Ayna mengeluh dalam hati. "Nyebelin bet dah."

***

"Eh bego! Kasih ke gue jangan ke dia. Dia kan musuh kita."

"Selo dong lo, gue kan gak tau."

"Kalau gak tau bagus gak usah main."

"Heboh banget sih lo, terserah gue dong mau main apa kagak."

"Tapi lo bikin kita kalah, bagus gak usah ikut. Sana!"

"Enggak! Gue tetep mau ikut."

Ayna ingin mengumpat sekarang, cuaca siang ini sangat terik. Ditambah lagi kedua manusia yang kini berdebat di hadapannya, membuat ia menahan kesabaran agar tidak membunuh mereka satu-satu.

My Enemy Ayna Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz