47. Secret Admirer?

1.7K 137 17
                                    

Hati itu kaya makanan, ada tanggal kadaluwarsanya, dan sekarang tanggal kadaluwarsa itu udah berlaku di hatiku- MEA, 2019

***

Ayna berjalan ngumpet-ngumpet di setiap koridor, kalau biasanya Ayna berteriak dan berlari mengejar Anka, maka sekarang Ayna ingin menjadi secret admirernya saja, eh ralah deh, Ayna sama sekali tidak menggemari Anka hanya menguntiti dia saja tidak bermaksud hal lainnya.

"Ka, nanti sore lo ikut latihan basket?"

"Hah? Ada rupanya?"

"Ada elah, lo lupa masa."

"Ck males sih gue sebenarnya."

"Ya gimana masa lo ga ikut, pertandingan bentar lagi."

Ayna menguping dari balik pot bunga, Anka sedang berbicara dengan Dion aka teman sebasket yang setahu Ayna sekelompok dengan Anka.

"Ya iya deh, ntar gue dateng. Tapi keknya ngaret sikit," ujar Anka dengan wajah tak berdosa. Ayna yang melihatnya saja ingin langsung menimpuk apalagi Dion.

"Ya udah ga papa asalkan lo dateng. Jangan ketiduran lo!" peringat Dion, huh, Dion yang bukan teman dekat Anka saja tahu bahwa dia orang yang mager, apalagi Ayna, sangat tahu.

"Iya," jawab Anka ogah.

Selepas kepergian Dion, Anka melanjutkan langkahnya menuju kantin. Hebat gais, tumben Anka mau-maunya ke kantin.

Ayna pun berdecak kagum sedaritadi, tidak biasa Anka seperti ini. Atau jangan-jangan itu bukan Anka? Tapi kembarannya Anka?

"Yaelah Anka mah mana punya kembaran. Udah cukup satu yang nyebelin, jangan sampe dua," gumam Ayna dalam hati.

Ayna menyipitkan matanya ketika Anka duduk di salah satu kursi kantin dan memesan batagor. Wah tumben juga dia mau makan micin.

"Generasi micin ke jutaan," gumam Ayna sambil terkikik geli.

Ayna terus bersembunyi di balik gerobak siomay, tidak terlalu jauh dari tempat Anka, sehingga membuat Ayna dengan mudah memperhatikan pergerakan sahabat kecilnya itu.

Diam-diam Ayna tersenyum geli melihat wajah Anka yang lucu saat makan, apalagi sesekali saus itu menempel di pipinya, duh kalau begini Ayna jadi gemas sendiri.

"Ngapain atuh neng disitu?" tanya kang siomay. Ayna hanya berdecak ketika kegiatannya diusik orang lain.

"Elah kang, diem dulu kek nggak liat apa gue lagi sibuk?" nyolot Ayna.

"Sibuk apa senyum-senyum gitu?"

"Dih urusin aja siomaynya lo itu nggak usah pentingin gue. Udah sana!" ucap Ayna nyelekit tapi biarin siapa suruh gangguin Ayna. Dan kang siomay itu menuruti perkataan Ayna untuk mengabaikannya.

Sementara Ayna kembali memfokuskan dirinya kembali ke Anka. Wajahnya kembali berbinar ketika melihat Anka. Ayna tidak tahu mengapa rasanya sebahagia ini.

Ayna kembali terkikik, sekali-kali ia berbicara sendiri mengomentari segala gerak-gerik Anka, ia juga cengengesan lebar membuat orang-orang yang lewat bergidik ngeri melihat Ayna. Sebenarnya mereka sudah biasa sih terhadap tingkah Ayna yang diluar dugaan manusia, tapi tetap saja hal tersebut terasa aneh.

"Ayna, ngapain?"

"Eh bangsat!" pekik Ayna ketika seseorang memegang pundaknya.

"Eh kaget ya lo?"

Ayna langsung menoleh ke sumber suara. Ya ampun Ayna benar-benar tersentak dan membuat semua orang melirik ke arahnya. Termasuk Anka.

"Mampus gue."

My Enemy Ayna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang