15. Tidak Berubah

2.3K 130 4
                                    

I'm Faded

-A

***

"Katakan padaku hai tukang kayu, bagaimana caranya memotong kayu. Lihat-lihat anakku beginilah caranya memotong kayu." Ayna berjalan sambil berlompat dengan riang gembira, ia menyanyikan salah satu lagu kesukaannya saat masih kecil.

"Haha keren juga gue yak nyanyiin lagu itu lagi, bolehlah. Inget-inget masa kecil kan gak senyeremin mukak si Ucup."

Ayna tersenyum santai memasuki kantin kelas dua belas. Ia memilih bangku yang pas dan nyaman untuknya dengan seenak jidat, lalu memesan makanan yang dia inginkan.

Semua yang dia lakukan adalah kehendaknya sendiri. Siapalah yang bisa mengatur seorang Ayna?

"Oi! Ayna kampret! Ngapain lo ada disini?" panggil Lanfi.

Ayna menoleh ke arah sumber suara. "Alah, sok banget lo tai. Macem kantin punya bapak lo aja ya," jawab Ayna ringan sambil melanjutkan aksi makannya.

"Wess selo bro, bahasa lo gak bisa lebih sopan apa untuk orang yang lebih tua?"

Ayna memicingkan mata tak suka. "Nyadar juga lo dari sekian lamanya kalo lo itu udah tua."

"Gue gak tua anjir!"

"Lo sendiri yang bilang, sialan. Lagian kalo gak tua apa? Gak muda maksud lo?" tanya Ayna malas.

"Bukan! Gue masih muda lah pokoknya masih ganteng juga," Lanfi tersenyum sombong dengan menaik-naikkan kedua alisnya ke atas bermaksud menggoda Ayna. Ayna sendiri hanya mengedik ngeri melihat wajah Lanfi yang terlalu aneh untuknya.

"Ah, pergi lo sana! Ganggu selera makan gue aja. Udahlah jelek, item, dekil, bau, idup lagi lo! Najisin banget, sumpah."

Lanfi melebarkan pupil matanya tak terima dengan perkataan Ayna. "Gue gak sehina itu tolong, Na!"

"Makanya pergi lo sana! Jijik gue ihh."

"Sok jadi Afifah lo!"

"Suka-suka gue dong, idup-idup gue, apa yang gue mau itu juga kehendak gue, kok lo yang sewot sih? Hah?!" Ayna berteriak kuat sehingga banyak yang memperhatikan mereka. Biasalah, Ayna kan suka cari perhatian.

"Ish, bibir lo itu gak bisa dipelanin sikit apa? Malu-maluin kakak kelas aja."

"Wlekk sirik bilang! Pergi sana! Yang ada lo yang malu-maluin gue, udah tampang buruk! Gak ada kaca yak di rumah lo, Kak?"

Lanfi memutar bola matanya malas. "Kalo ada Refyal aja sok jaim! Tiba gak ada, malah berubah jadi nenek sihir kek di film Masha."

"Apasih lo? Gaje banget jadi orang. Mana pula gue bisa berubah, gue kan bukan Power Rangers. Lagian gue gak jaim kok, emang sifat gue dari dasarnya udah manis duluan."

"Ck capek gue debat sama orang semacamnya lo. Ngabis-ngabisin tenaga!"

Ayna menatap Lanfi heran. "Eh bocor! Udah lo yang duluan nyapa gue, goblok. Nyalahin gue lagi, dasar gila!"

Lanfi pergi dengan tertawa sekencang-kencangnya. Entah apapun yang lucu Ayna tak tau. Emang dasar orang gila mau dibuat bagaimanapun bakal tetap jadi orang gila.

Ayna melanjutkan acara melahap sostelnya. Pada saat kepedasan, dia akan meminum jus jeruknya. Pada saat berkeringat, dia akan mengambil tisu dan mengusapnya. Seperti itu hingga dia muak sendiri dengan makanannya.

"Ini sostel lama-lama kok kek mukak si Ucup yak?" Ayna meminum abis jus agar rasa sostel tersebut hilang dari lidahnya.

Ayna pun menjauhkan segala yang dia rasa semak dihadapannya. Dia melirik seluruh yang ada di sekitar kantin. "Wah ada si squidward sok cool tuh. Tumben-tumbenan dia kesini, biasa juga bawa bontot roti kayak anak sd."

My Enemy Ayna Onde histórias criam vida. Descubra agora