58. Berpindah Haluan

1.6K 127 24
                                    

Apa pilihan gue kali ini bener?

Kalau suka sama lo gak bakal bikin gue sakit lagi.

****

Sudah satu hari semenjak Ayna siuman, tetapi Anka belum juga mau menampakkan batang hidungnya. Entah mengapa dirinya merasa kecil untuk bertemu Ayna. Jantungnya berdegub kencang hanya karena memikirkan Ayna. Dia tidak tau apa yang salah dalam dirinya, nyali yang selama ini dia punya mendadak hilang entah kemana.

Ketika langkah kaki membawanya pada pintu ruang inap gadis itu, lagi-lagi dia gagal menyiapkan diri. Dia tau dia lebay, tapi sungguh, dia sangat gugup. Padahal ini Ayna! Hanya Ayna!

Astaga. Astaga. Astaga.

Anka merasa dirinya sudah tidak waras.

Tetapi hari ini dia mau bertindak naked. Anka ... harus segera menemui Ayna. Dia tidak boleh seperti itu. Yang menyebabkan Ayna kecelakaan adalah dirinya, maka dia harus bertanggung jawab apapun yang akan terjadi. Walau Ayna memang mau membencinya.

Anka membuka knop pintu, dia menatap gadis itu dengan nanar. Anka berjalan mendekati bangsal. Tangannya terulur meraih lengan pucat Ayna dan menggenggamnya erat.

"Na...."

Mata sayu itu tiba-tiba terbuka. Anka tersentak sambil melempar lengan yang dia pegang tadi.

"Na...," panggil Anka lirih. Matanya bertemu dengan manik Ayna. "Gue bersyukur lo sadar."

Ayna tampat kesulitan, Anka membantunya duduk dan mengatur tinggi sandaran kasur. Ayna memilih posisi bagus sambil meluruskan pandangannya pada lelaki tersebut.

Ayna menatap Anka intens. Alisnya bertautan menandakan dia sedang keheranan.

"Ini gue yang amnesia apa lo emang orang asing," ucap Ayna serius. Anka yang mendengarnya bahkan termenung sambil menatap Ayna kosong.

"Lo lupa sama gue?" Anka meremas kuku-kuku jarinya sampai memutih.

Dengan polos Ayna mengangguk. "Hooh, lo siapa, ya, kalau boleh tau? Gak pernah nampak soalnya."

Anka terkejut. Tentu saja. Dia menyorot Ayna heran. "Gue Anka, Na. Lo masa lupa sama gue?"

"Gue lupa, serius. Lo siapa?! Gue gak kenal asli. Gue ngerasa gak pernah punya temen kayak lo. Apa jangan-jangan lo yang buat gue kecelakaan?!" teriak Ayna nyaring. Bibirnya berdesis dan matanya memancarkan kejujuran. Ayna selalu saja begitu.

Jantung Anka berdegub kencang. Tubuhnya memanas seketika.

"Lo kenapa, sih, Na? Kata dokter lo gak ada kebentur atau apa, gak mungkin lo amnesia."

Ayna menggeleng. "Lo salah. Nampak banget gak pernah nonton sinetron," cibir Ayna. Bisa-bisanya disaat seperti ini.

Suara monitor kembali terdengar dan keheninganlah yang mengisi ruangan. Anka berjalan mendekati Ayna, dia memegang lengan gadis itu dan menggenggamnya erat. Sedetik kemudian Ayna menepisnya.

"Lo apaan sih? Gue bukan cewek murahan yang bisa dipegang orang gak dikenal! Gue udah punya cowok, ya, namanya Refyal!"

Tangan Anka terkepal. Apa ini benaran? Sungguh Ayna melupakannya? Tidak. Tidak mungkin. Anka mengisi sebagian besar momen di dalam hidup Ayna, tidak mungkin dia dilupakan begitu saja. Tetapi dilihat dari raut Ayna yang jauh dari kata bercanda membuat jantung Anka mencelos dari tempatnya.

Anka kembali menggenggam lengan Ayna tetapi lagi-lagi ditepis.

"IHHH PERGI AJA DEH LO, SANA! NYEBELIN BANGET JADI COWOK. UDAH GUE BILANG JUGA GUE UDAH PUNYA PACAR! GUE TAU GUE CANTIK TAPI GAK GINI JUGA. GUE UDAH ADA YANG PUNYA."

My Enemy Ayna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang