21. Malam Minggu

1.9K 126 4
                                    

Setelah beberapa menit menguras dompet Ayna, Anka memilih mengajak Ayna pulang. Ayna menyimpan seluruh barang-barangnya terlebih dahulu. Ia menyuruh Anka menunggu di ruang tamu. Awalnya Anka ingin langsung pulang tetapi Ayna tidak mengijinkan.

Hari kini sudah malam, dan ini adalah malam minggu.

"Ka."

"Hm."

"Lo pulang sekarang?" tanya Ayna.

Anka mengerutkan dahinya. "Jadi maksud lo?"

Ayna berdehem. "Ya, maksud gue, kita pergi jalan-jalan lagi kek. Inikan masih jam delapan. Gue mah kalo malming gak pernah keluar, seumur-umur hidup, cuman sekali gue malming dan kalo lo mau ngajak gue malming, inilah yang kedua kalinya."

"Miris banget idup lo," Anka keluar dari rumah Ayna lalu menaiki motornya.

Ayna menggembungkan pipinya cemberut. Ia tahu bahwa hidupnya miris, tapi tidak perlu diledek juga, bisa kan?

Anka yang melihat itu menaikkan satu sudut bibirnya ke atas. Ia merasa lucu dengan ekspresi Ayna. Saat Ayna menggembungkan pipinya, kedua matanya malah naik ke atas, sehingga menambah kesan lucu di wajahnya.

"Mukak lo jelek bener, Na."

"Jelek apanya? Semua cowok aja ngantri jadiin gue ceweknya."

"Dalam mimpi lo kan."

"Enggak lah, kalo dalam mimpi mah lo aja, gue gak."

"Terserah, yang penting lo bahagia."

Ayna yang mendengar ucapan Anka berseru senang. Ia memukul-mukul pundak Anka.

"Sakit tai!"

Ayna yang tersadar akan perbuatannya malah menyengir. "Ka! Nonton yuk! Film bioskop terbaru yang judulnya Asalkan Kau Bahagia."

Anka menoleh menatap Ayna. "Film janda yak?"

"Pala lu tiga, ya enggak anjir. Pemerannya mah sodara gue."

"Judulnya buat gue ngeh bego!"

"Lo gak pernah nonton tv apa? Di iklan mah udah berjuta kalinya diputar."

"Gue pernah nonton tv tapi gak pernah nonton iklan," jawab Anka dengan enteng.

Ayna memutar bola matanya malas. "Ayolah, Ka. Buat gue seneng kek sekali, pelit amat idup lo gak pernah buat orang seneng sedikit pun."

"Enggak!" lugas Anka, tetapi Ayna langsung lompat di jok motornya sehingga Anka tidak punya pilihan lain, ia kembali melajukan motornya di tengah keramaian jalan. Lalu mengarahkannya ke bioskop. Percuma saja melawan Ayna, tidak akan pernah menang.

"Katanya kagak mau nonton, gak jelas bet dah idup lo."

"Udah lo yang asal main lompat."

Setelah sampai, Anka memarkirkan sepeda motornya dengan baik. Ia tidak mau motornya terkena lecet sedikitpun.

"Elah, dijaga banget itu motor."

"Ayo!" ajak Anka dengan berjalan duluan yang diikuti Ayna dari belakang.

Ayna mengikuti langkah Anka hingga mereka berjalan beriringan. Anka memesan tiket dan membeli popcorn serta minuman, sementara Ayna hanya duduk-duduk sambil menunggu Anka, sesekali ia akan membuka ponsel untuk membuat story di sosial medianya.

"Alay banget lo buat-buat story gitu," celetuk Anka setelah selesai dengan semua urusannya.

"Orang lain aja bisa alay, kenapa gue enggak?" Ayna melanjutkan aksi membuat boomerang.

My Enemy Ayna Where stories live. Discover now