Part 58 - The dead (1)

8.2K 317 202
                                    

Happy reading!
Jangan lupa vote and comment.

_____

"Dimana, dia?" tanya putri Fletcer dengan sarkas, pada salah satu pengawal di mansion nya.

"Mereka sudah berada di ruang bawah tanah, sesuai yang nona perintahkan."

"Bagus." Putri Fletcer melenggang pergi, menuju ke tempat yang seharusnya ia kunjungi saat ini juga.

Ada Fletcer dan putra Fletcer yang berdiri tidak jauh dari putrinya. Kedua lelaki itu masih memandang langkah putrinya yang semakin menjauh.

"Dad, itu artinya?"

Fletcer memijit pelipisnya yang sedikit pusing. "Sedari awal daddy sudah mengatakan, membuat masalah dengan keluarga Walter dan George adalah kesalahan yang besar. Ini salah daddy, mengapa daddy tidak mencegah putri daddy melakukan ini semua. Kami bahkan pernah ikut pada malam itu. Ini semua daddy lakukan semata-mata untuk kebahagiaan putri daddy, namun ini adalah keputusan yang begitu salah. Tidak ada celah lagi untuk kami berkilah."

"Semuanya sudah terjadi. Apa yang harus kami lakukan, dad?"

"Menyerah, hanya itu saja. Adik mu sudah menangkap pengawal mereka, mereka pasti sudah lebih dulu tahu dan tidak akan membiarkan pengawal mereka terluka di tangan adik mu. Mereka cukup cerdas hanya untuk bermain-main dengan hal sekecil ini."

"Oh shit! Itu artinya, ada kemungkinan mereka akan mengepung mansion kita, dad?!"

"Daddy tidak tahu, tapi hati kecil daddy mengatakan iya."

Putra Fletcer mengusap rambutnya frustasi. Tidak ada persiapan lebih yang dapat mereka lakukan disaat keadaan sudah menghimpit mereka, para pengawal yang berjaga jumlahnya juga tidak terlalu banyak.

Inilah Fletcer, mereka terlalu lemah dalam menyusun sebuah rencana ketika sedang terhimpit. Mereka hanya memiliki senjata yang lengkap, karena memang itulah pekerjaan nya. Namun, apa guna senjata-senjata itu jika ia tidak memiliki rencana yang begitu matang ketika akan menghadapi musuh yang mengepung mereka?

"Daddy sudah memerintahkan seluruh pengawal untuk berjaga pada setiap sudut mansion. Tapi, jika memang kita benar-benar sudah kalah, daddy akan menyerahkan diri pada mereka. Biarkan daddy yang bertanggung jawab atas apa yang keluarga kami lakukan pada mereka. Daddy siap, jika mereka akan membawa daddy ke dalam jeruji besi, atau bahkan---nyawa daddy yang menjadi tanggung jawabnya. Cukup jaga adik mu saja, dia masih memerlukan kau dalam hidupnya." Flutcer tersenyum tipis.

Putra Fletcer menggeleng. "Aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi, dad! Kita hadapi ini bersama-sama, aku akan tetap bersama daddy! Aku disini juga bersalah, bukan hanya daddy saja. Jangan mencoba menyalahkan dirimu terus menerus."

Fletcer menatap ke arah jendela, langit sudah nampak begitu gelap. "Kita tidak pernah tahu, apa yang akan mereka lakukan. Kematian atau jeruji besi, semua adalah pilihan mereka. Jika kau ikut bertanggung-jawab bersama daddy, bagaimana dengan adik mu? Jagalah dia, biarkan ini semua menjadi tanggungjawab, daddy."

"Bertahun-tahun daddy mencoba untuk melindungi ku, bersembunyi di balik kekacauan yang telah ku perbuat. Bagaimana pun aku adalah seorang pria, tidak seharusnya aku sepengecut ini. Sudah saatnya dunia tahu, jika aku bukan pria dengan segala kesempurnaan yang mereka lihat. Aku tidak memerlukan izin siapapun untuk mempertanggung jawabkan kesalahan ku sendiri, termasuk pada, daddy."

My Husband CEO (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now