Chapter 62 [a]

7.2K 406 50
                                    

Selamat membaca😽

---

Ali bersandar pada kepala brangkarnya, tangannya memainkan selang infusnya. Entah kenapa dia sangat suka memainkan selang infus miliknya, meski seringkali terasa sakit.

Ali benar-benar merasa sendirian diruangan ini. Padahal disofa sana ada Kaia dan juga Resi yang tengah membicarakan sesuatu yang Ali tidak mengerti.

Hari ini Ali sama sekali belum diajak berbicara oleh mereka berdua. Biasanya Ali akan bermanja dengan mamanya dan juga berdebat yang tidak jelas dengan kakaknya.

Tapi sekarang berbeda.

Mereka seperti mengabaikan Ali.

Dan Ali tidak tau itu kenapa.

"Ma, Kai." panggil Ali.

Kaia dan Resi hanya melirik Ali sekilas, lalu kembali melanjutkan perbincangannya.

Ali berdecak. "Mama sama Kaia marah ya sama Ali? Kenapa sih? Daritadi Ali didiemin mulu. Kan Ali nggak suka." ungkapnya.

Tanpa Ali sadari, Kaia dan Resi menahan tawanya saat mendengar perkataan Ali barusan.

Ali mendengus kesal. Lagi-lagi dia tidak dianggap. "Yaudah, deh. Ali minta maaf ya kalo Ali punya salah. Makasih loh udah jadiin Ali kacang. Mending Ali tidur."

Ali mulai berbaring dibrangkarnya. Dia memposisikan dirinya, membelakangi Kaia dan Resi. Padahal niatnya dia hanya berpura-pura untuk tidur, namun belum genap lima menit, dia sudah tidur pulas.

Lagipula dia malas jika harus dijadikan kacang.

.

.

Prill, lo dimana?

Gue lagi ditoko kue, Kai. Lagi ngambil kuenya Ali. Kenapa, Kai?

Oh, yaudah. Jangan lama-lama ya.

Iya, Kai. Bentar kok. Ali lagi ngapain, Kai?

Lagi tidur tuh. Kesel dia gara-gara gue sama mama kacangin dia.

Hahahaha. Biarin aja, Kai. Rasain. Kita kerjain aja, mumpung dia lagi ulang tahun sekarang.

Iya iya bener tuh. Biar kesel kesel tuh dia.

Yaudah, Kai. Ini kuenya udah selesai. Setengah jam lagi gue kesana.

Oke, Prill. Take care ya.

Prilly mematikan ponselnya secara sepihak, lalu memasukkannya kedalam tas.

Prilly melihat kearah pelayan yang berdiri dibalik etalase yang berisi bermacam-macam kue. "Udah, mbak?" tanyanya.

Pelayan itu mengangguk, lalu menyerahkan kotak kue berukuran cukup besar yang dimasukkan kedalam kantung plastik. "Udah." sahutnya.

"Itu udah lengkap sama lilinnya kan, Mbak?" tanya Prilly. Dia membuka kantung plastik itu. "Udah semua, mbak. Lilinnya angka 20. Sesuai pesanan." kata pelayan itu.

Because YouWhere stories live. Discover now