Chapter 2

14.3K 678 4
                                    

Cerita sudah direvisi, selamat membaca.

---

"Silahkan masuk, Princess nya Ali." kata Ali dengan senyum yang menggoda. Dia membukakan pintu mobil untuk Prilly.

"Ih, apasih kamu. Hahahah." Prilly tertawa, lalu mencubit pipi Ali sebelum akhirnya ia masuk kedalam mobil.

Ali memegangi pipinya sekilas, lalu berlari memutari mobil untuk masuk kekursi kemudi.

Ali melirik kearah Prilly yang sudah berkutat dengan ponselnya. Ali menghela nafas lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ali memajukan tubuhnya kearah Prilly yang sontak membuat Prilly tersentak. Bahkan Prilly bisa merasakan deru nafas Ali.

Prilly menahan nafasnya. "K–kamu ngapain sih?" tanyanya gugup.

Ali terkekeh kecil, dia makin mendekatkan tubuhnya kearah Prilly yang sontak membuat Prilly memejamkan matanya.

"Ali, jangan macem-macem." kata Prilly dengan mata yang masih terpejam.

Klik.

Setelah mendengar bunyi itu, Prilly merasakan kalau tubuh Ali perlahan menjauh. Dia membuka matanya perlahan, melihat ketubuhnya sendiri. Pipi Prilly merona malu saat melihat seatbelt yang sudah terpasang ditubuhnya.

Ternyata Ali hanya memakaikan seatbelt untuknya--dan parahnya lagi ia mempunyai pikiran terlalu jauh--berpikiran jika Ali akan melakukan yang tidak-tidak.

Prilly mengalihkan pandangannya saat mendengar suara tawa yang ia yakin dari Ali. Prilly bisa melihat Ali yang tengah memasang seatbelt nya sambil tertawa kecil.

Prilly yakin, Ali pasti tengah menertawainya. Pipinya memanas, malu. "Ngapain ketawa?!" Prilly membuat nadanya seketus mungkin.

Ali menegakkan tubuhnya, Melihat kearah Prilly lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak papa. Kamu lucu."

Prilly mendelik. "Kamu ngeledekin aku?" tanyanya ketus.

"Emang tadi kamu denger kalo aku ngeledekin kamu? Enggak kan?" Ali menaikkan sebelah alisnya dengan senyuman jailnya.

Prilly menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Enggak sih," katanya pelan. "Tapi tadi kamu ketawa, pasti ngetawain aku, kan? Kenapa ngetawain aku?" selidiknya.

Ali mulai menancap gasnya, dia membunyikan klakson satu kali sebelum akhirnya keluar dari pekarangan rumah Prilly. "Kan aku tadi udah bilang, Sayang. Kalo kamu lucu." katanya geregetan.

"Lagian kamu tadi kenapa pakek merem-merem gitu? Pasti mikirnya yang aneh-aneh." Ali melihat Prilly dari ekor matanya, bibirnya terangkat keatas saat melihat Prilly terlihat salah tingkah.

"Y–ya kan aku cuma takut aja kamu macem-macem. Ya wajar dong. Lagian kamu, sih." katanya tak mau disalahkan.

Ali mengemudikan mobilnya dengan tenang, pandangannya lurus kedepan. "Lah kok aku? Kan aku cuma masang seatbelt kamu. Lagian kamu keasikan main hape, sampai lupa masang seatbelt, coba aja kalo aku ngerem mendadak, kan bahaya buat kamu, Sayang."

Prilly mendengus geli. Dia benar-benar ceroboh karna terlalu asik melihat sosial medianya. "Aye-aye, Sayang. Makasih, deh." katanya.
.

.

Ali memarkirkan mobilnya tepat disamping mobil berwarna merah, dia mematikan mesin dan mencabut kunci mobilnya. Ali mengambil tas ranselnya dikursi penumpang dan memakainya.

Ali menoleh kearah Prilly, lalu ia menggelengkan kepalanya. Padahal jalanan tadi tidak macet, perjalanan juga hanya menempuh waktu setengah jam, tapi Prilly sudah tertidur pulas dengan bibir setengah terbuka.

Because YouWhere stories live. Discover now