Chapter 55

6.2K 339 17
                                    

Maaf ngaret banget aku ngenext-nya😌😂
Aku lagi mager nulis, huhu.
Selamat membaca👌

---

Dosen bername tag Bapak.Wicaksono Nugroho itu menghela nafas panjang. Ia meletakkan beberapa lembar kertas putih yang penuh dengan tulisan diatas meja kerjanya. Lalu menatap lekat-lekat gadis yang berada didepannya ini.

Sedangkan gadis didepannya itu tengah menggigit bibir bawahnya takut. Kakinya sedari tadi tidak bisa diam, terus bergerak kesana kemari. Ia benar-benar merasa takut sekarang ini.

"Nona Prilly Latuconsina." panggil dosen Nugroho.

Prilly mengerjap beberapa kali. "I–iya, Pak?" sahutnya gugup.

"Hasil tugas skripsi kamu benar-benar berantakan dan sama sekali tidak rapi. Perkembangan kamu benar benar menurun, prilly. Kamu juga sering melamun sendiri di kelas. Bahkan wajah kamu terlihat seperti orang yang tidak bersemangat dan banyak pikiran. Sebenarnya apa yang kamu pikirkan, nona?" tanyanya.

Pak Wicaksono Nugroho adalah guru yang dari luar tampangnya tampak garang. Tapi sebenarnya dia sama sekali tidak garang, dia lembut kepada siapapun. Seperti kepada prilly ini.

"Maaf, pak. Saya memang lagi banyak pikiran. Saya akan memperbaiki tugas skripsi saya, Pak." sahutnya sopan.

"Saya tau apa yang kamu pikirkan. Ali, kan? Saya tau kamu sedih. Saya sendiri pun sedih. Tapi kamu tidak boleh terlalu berlarut-larut. Dan seharusnya kamu bersyukur karna ali masih bernafas sampai saat ini meskipun dia masih bertahan dengan komanya." tuturnya lembut. Perkataannya mampu membuat prilly merasa sedikit tenang.

Prilly tersenyum tipis–bahkan sangat tipis. "Iya, Pak. Terima kasih. Saya permisi dulu." pamitnya.

Prilly keluar dari ruangan Bapak Wicaksono Nugroho setelah mendapat anggukan dan senyum simpul darinya.

Prilly berjalan gontai dilorong kampusnya. Hari sudah hampir petang, dan kampus terlihat cukup sepi. Di lorong ini hanya ada dia yang berjalan sendirian.

Prilly mengusap wajahnya kasar saat ia sudah berada didalam mobilna. Ia benar-benar merasa lelah, capek. Capek hati. Capek pikiran. Capek badan.

Akhir-akhir ini pikirannya benar-benar dipenuhi oleh Ali, Ali dan Ali. Bahkan sekarang matanya terlihat bengkak, karna ia menangis semalaman.

Sudah genap satu bulan Ali koma. Dan ali sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia akan sadar. Itu membuat prilly semakin sedih.

Pikiran negatif bersarang dikepalanya. Ia takut jika ali tidak bisa bangun lagi. Ia takut jika ali benar-benar meninggalkannya.

Prilly benar-benar merasa takut.

.

.

Prilly berjalan kearah kamar rawat ali bersama bunda ully, papa rizal dan raja disebelahnya. Mereka bertiga ingin menjenguk ali sekarang ini.

Prilly menghentikan langkahnya saat melihat kaia dan tante resi yang tengah menangis dikursi depan ruang rawat ali. Juga dokter, mila dan kevin yang menunjukkan wajah tegangnya.

Ada apa lagi?

Perasaan prilly menjadi tak nyaman. Ia mempercepat langkahnya menuju ke arah dokter itu. Ia ingin tau apa sebenarnya yang terjadi dan apa yang membuat kaia juga tante resi menangis.

Prilly membungkukkan sedikit tubuhnya, menyejajarkan dengan tubuh kaia dan tante resi yang duduk dikursi. Mereka masih menangis.

"Ma, kai. Kalian kenapa nangis?" tanyanya dengan nada yang pelan. Kaia dan tante resi diam, tidak menjawab.

Because YouWhere stories live. Discover now