Chapter 24

5.9K 345 0
                                    

Cerita ini sudah direvisi, selamat membaca.

---

Ali melangkahkan kakinya disepanjang koridor kampus--bersama Prilly disampingnya. Tangan mereka berdua saling bertautan--seperti enggan untuk berpisah.

Mereka saling melempar candaan juga tebak-tebakan yang tidak jelas--namun anehnya bisa membuat mereka berdua terbahak.

Tidak jarang beberapa pasang mata memperhatikan mereka dengan tatapan iri, aneh dan semacamnya. Sebagian dari mereka bahkan ada yang tidak berkedip saat melihat Ali terbahak.

Wajar saja--karna Ali--salah satu laki-laki yang tergolong pandai dan pastinya tampan di fakultas hukum. Banyak kaum hawa yang memujanya--dan mencoba mengambil hatinya. Tapi Ali benar-benar tidak memperdulikannya--karna pilihannya sudah jatuh kepada gadis itu--Prilly.

Ali tertawa ketika mendengar tebakan yang aneh dan tidak masuk diakal dari Prilly. Lalu setelahnya dia diam sebentar--memikirkan tebakan yang pas.

"Sekarang giliran aku. Kenapa patung tugu tani adanya ditengah kota? Kenapa nggak dipindah kedesa aja?"

Prilly mengarahkan matanya kearah kanan dan kiri--seolah-olah sedang berpikir keras. "Apa ya? Ehm, karna emang orang yang bikin ppengennya dikota mungkin. Mangkannya dia nggak bikin didesa," kata Prilly asal.

"Bukan, pinter. Ngaco kamu,"

Prilly kembali berpikir--namun otaknya benar-benar buntu. "Karna patungnya lagi bokek, lagi nggak ada duit buat pindah kedesa kali, Li." sahutnya lagi makin ngaco.

Ali terbahak--dia menyentil dahi Prilly pelan. "Pinter. Salah, oon. Ngaco terus kamu jawabannya,"

Prilly berdecak kesal--sebelum akhirnya mencak-mencak sendiri. "Ya terus apa jawabannya, Aliii. Kamu mah ngeselin. Kalo ngasih tebakan susah mulu, aku kan nggak tau jawabannya,"

Ali terkekeh lalu menaikkan sebelah alisnya. "Mau tau jawabannya?"

Prilly memutar bola matanya kesal. "Iyalah pinter. Duh pacar gue oon amat yak,"

Ali terkekeh lagi, kemudian menyentil dahi Prilly. "Enak aja. Jawabannya itu..karna sebenernya patung itu mau pergi kedesa, tapi nggak bisa..karna dibawahnya ada tulisan 'Dilarang Menginjak Rumput'. Mangkannya dia nggak berani,"

Prilly memikirkan jawaban Ali yang cukup masuk akal--menurutnya. Kemudian dia mengangguk-anggukan kepalanya berkali-kali. "Iya juga ya. Bener. Kenapa aku nggak kepikiran kesitu ya," kata Prilly kelewat polos.

Ali terbahak lalu mengacak rambut gadisnya dengan gemas. "Bego kamu, ahahaha. Sok polos gitu wajahnya. Kita kayak orang bloon tau nggak, ketawa-ketawa dijalan nggak jelas."

"Siapa yang bloon? Kamu lah. Aku nggak bloon," kata Prilly sewot.

"Lah kok aku aja? Kan kamu juga ketawa." bela Ali polos.

"Ya bodo amat. Pokoknya jangan bawa-bawa aku, aku nggak bloon. Titik." kata Prilly tak terbantahkan.

Ali menghela nafasnya kemudian terkekeh geli. Dia mengecup puncak kepala Prilly sekilas sebelum akhirnya menaiki tangga menuju ke lantai dua--dengan posisi Ali yang menggamit tangan mungil Prilly.

"Ehem."

Ali dan Prilly tidak memperdulikan suara deheman yang berasal dari belakang mereka. Karna menurut mereka--itu mungkin hanya mahasiswa yang iseng menggoda mereka berdua.

"Ehem."

Ali berdecak sebal. Suara deheman itu semakin keras dan terdengar sangat kesal. Ali langsung membalikkan badannya dan memaki orang yang belum ia taui itu. "Eh lo tuh apaan sih--eh bu Roro,"

Because YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang