Chapter 29

5.5K 304 3
                                    

Cerita sudah direvisi, selamat membaca.

---

Ali keluar dari kamar Prilly yang berada disamping kamarnya dan menuruni anak tangga rumah Oma juga Opa Prilly dengan cukup cepat.

Ali berjalan menuju kearah meja makan. Kata Prilly tadi--keluarganya pasti sedang makan malam. Jadi Ali langsung pergi kearah ruang makan yang berada disamping dapur.

Ali melemparkan senyum manisnya saat melihat ada Opa, Oma, Rizal, Ully juga Raja yang tengah menyantap makanan mereka masing-masing.

Rizal menyesap sedikit kopi susunya sebelum akhirnya bertanya kepada Ali. "Kok sendiri, Li? Prilly mana?"

Ali menggaruk pipinya yang tidak gatal--jujur dia sedikit canggung. "Maaf, Om. Prilly katanya lagi sakit. Perutnya sakit katanya, Om. Mual-mual gitu,"

Ully berdecak pelan mendengarnya. Oma Prilly tampak panik mendengar cucu nya sakit. "Cucu oma sakit? Ya Allah kok bisa. Cucu oma sakit apa?"

Ully yang berada disamping Oma mengusap-usap pundak Oma pelan. "Duh, buk. Jangan panik gitu. Prilly udah biasa kok. Lambungnya dia lagi kumat. Belum makan. Dikasih makan sama minum obat pasti sembuh kok. Biasanya juga gitu,"

Perkataan Ully setidaknya mampu membuat Oma bisa sedikit bernafas lega. Ully dengan sigap mengambil nasi serta lauk pauk untuk Ali juga Prilly.

"Bentar, Li. Kamu tunggu dulu. Tante mau ambil obat Prilly sama nampan bentar. Biar kamu gampang bawanya," kata Ully sebelum akhirnya berlalu menuju kamarnya yang ada dilantai satu.

Tidak lama--Ully kembali dengan nampan berwarna abu-abu dan juga botol pil kecil yang Ali yakini obat Prilly.

Ully meletakkan piring berisi nasi berporsi besar itu keatas nampan juga air putih. Tidak lupa juga obat Prilly disampingnya.

"Ini buat kamu sama Prilly ya Li. Kamu belum makan kan. Terus nanti kalo Prilly selesai makan, kamu paksa dia minum obat." tutur Ully menjelaskan.

Ali mengangguk mengerti. "Iya, Te. Nanti Ali paksa kok Prillynya,"

Opa Prilly yang sedari tadi hanya diam sambil menyantap makanannya--beralih menatap Ali. "Tolong ya nak Ali, dijaga cucu Opa. Opa percaya sama kamu. Jangan macem-macem sama cucu Opa,"

Ali tersenyum canggung sambil mengangguk. "Iya, Opa. Ali nggak bakal macem-macem kok sama Prilly. Ali permisi dulu Opa, Oma, Om, Tante, Ja mau keatas."

Mereka mengangguk mengiyakan ucapan Ali sebelum akhirnya Ali naik kelantai dua--kamar Prilly.

.

.

Ali menurunkan knop pintu kamar Prilly dengan tangan kirinya--sedikit susah karna tangan kanannya memegang nampan yang berukuran cukup besar.

Mata Ali menangkap Prilly yang sedang menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang--tangan kanannya memegang ponsel dan fokusnya benar-benar kesana.

Prilly melirik Ali sekilas yang sedang berjalan kearahnya--sebelum akhirnya kembali fokus dengan benda berbentuk persegi panjang ditangannya itu.

Because YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang