Chapter 13

6.6K 383 2
                                    

Cerita sudah direvisi, selamat membaca.

---

Setelah hampir satu jam berada dirumah Prilly dan berpamitan kepada keluarga Prilly. Ali sekarang tengah berada diteras rumah Prilly, menunggu Prilly yang tengah memasang sepatunya.

Ali menyandarkan tubuhnya didinding rumah Prilly, ia bersidekap dada. "Mobil aku dititipin dirumah kamu, gapapa kan?"

Prilly mendongak, lalu mengangguk. "Nggak-papa, lah. Kamu kayak sama siapa aja, lagian kan kita mau jogging, bukan mau jalan." katanya.

"Yaudah, bentar aku mau ambil mobil dulu ya didepan situ tuh. Kamu tunggu sini dulu," kata Ali yang dibalas anggukan Prilly.

Ali berlari kecil kearah luar rumah Prilly, dia memasuki mobilnya yang memang sengaja ia letakkan didepan rumah Prilly.

Ali memasukkan mobil Prilly kedalam pekarangan rumah Prilly yang cukup luas itu, bahkan mungkin pekarangan rumah itu bisa ditempati lima mobil sekaligus.

Setelah mengunci mobilnya, Ali menghampiri Prilly lagi yang sekarang tengah memainkan ponselnya. "Prill, udah siap? Ayo berangkat," ajaknya.

Prilly mengangguk, lalu memasukkan ponselnya kedalam saku. "Udah, kok. Ayo,"

.

.

Tepat pukul tujuh lebih sepuluh menit, Ali dan Prilly sudah ada ditaman yang mereka maksud. Dikompleks rumah Prilly memang ada tamana sederhana yang akan ramai dengan anak kecil jika waktu pagi.

Prilly berkacak pinggang sambil melihat kesekeliling taman. Seketika matanya berbinar saat melihat ayunan yang kosong.

Prilly menggoyang-goyangkan lengan Ali yang tengah mengelap peluh, "Ali, Ali, Ali." panggilnya tak sabaran.

"Eh, eh, apa sih, Prill? Kenapa, kenapa?" tanyanya ikut panik.

"Mau naik ituuu," kata Prilly sambil menunjuk sebuah ayunan dengan cengiran diwajahnya.

Mulut Ali terbuka setengah, yang sontak langsung ditutup oleh Prilly. "Jangan mangap. Entar ada lalet masuk ke mulut kamu. Ayo aku mau naik itu,"

"Naik apa? Naik ayunan?"

Prilly mengangguk.

"Kamu bercanda kan?" Ali masih tidak percaya.

Prilly berdecak sebal, "Ah kamu mah. Banyak nanya, ayo buruan Alii. Keburu ayunannya dipakek sama an–tuh kann, ayunannya dipakek sama anak kecil, ah kamu mah. Ngeselin, ngeselin."

Prilly memukuli lengan Ali dengan brutal. Dia kesal, gara-gara Ali yang terlalu banyak bertanya, ayunan yang sedari tadi ingin dinaikinya, kini sudah dinaiki oleh anak kecil berumur sekitar lima tahun.

"Ya lagian itu kan ayunan buat anak kecil, sayang. Ya gak salah dong kalau ada yang naikin," kata Ali tenang.

"Nggak mau tau akunya. Pokoknya kamu harus suruh anak kecil itu buat minggir dari situ. Karna aku mau naik ayunan itu," kata Prilly tak terbantahkan.

Prilly berjalan kearah kursi panjang yang tersedia ditaman, dia duduk disitu sambil bersidekap dada.

Ali menggaruk tengkuknya bingung, dia melangkahkan kakinya menghampiri Prilly. Namun ucapan Prilly berhasil membuatnya berhenti ditempat.

"Kamu jangan sekali-kali deketin aku apalagi ngajak aku ngomong kalo belum berhasil nyuruh anak kecil itu pergi dari situ,"

.

.

"Ayo Ali, dorong terus yang tinggi. Yeee, asikkkk." Prilly bersorak kegirangan saat Ali mendorong ayunanya dengan cukup kencang.

Because YouWhere stories live. Discover now