Chapter 18

6.2K 363 11
                                    

Cerita sudah direvisi, selamat membaca.

---

Ali memarkirkan motornya diparkiran salah satu tempat wisata yang ada Di Jakarta–Dufan. Tempat wisata yang cukup terkenal dengan wahana bermainnya yang beraneka ragam.

Untuk pergi kedufan, Ali juga Prilly harus berdebat selama setengah jam lamanya. Mereka berdebat di restoran dekat tempat bioskop yang sempat mereka kunjungi tadi.

Sebenarnya Ali tidak setuju jika harus kedufan hari ini. Bukan, bukan karna dirinya pelit atau apa. Tapi karna Ali juga Prilly belum sempat pulang kerumah setelah jam kuliah selesai. Dan Ali hanya tak mau Prilly kelelahan dan akhirnya sakit. Lagipula waktu juga sudah semakin sore.

Tapi, namanya juga Prilly. Gadis yang benar-benar keras kepala dan tidak mau mengalah. Dia benar-benar keukeh ingin pergi kedufan hari ini juga. Dan dengan terpaksa, Ali menurutinya.

Prilly menarik tangan Ali untuk memasuki kawasan dufan setelah mendapatkan dua tiket dari petugas. Wajahnya terlihat sangat bersemangat, matanya berbinar bahagia. Ali yang melihatnya merasa tenang.

Ali merangkul bahu Prilly gemas. "Seneng amat neng tuh muka. Abis dapet lotre?" canda Ali.

Prilly terkikik. "Hihi, ngaco kamu. Enggak lah, aku lagi bahagia banget. Akhirnya setelah lama aku nggak kesini udah hampir satu tahunan, aku kesini lagi, deh. Senengnyaa," katanya girang.

Ali tersenyum sumringah. "He he, iya. Yaudah, kamu mau naik apa dulu?"

Prilly mengedarkan pandangannya. Sejurus kemudian, dengan wajah berbinar, Prilly menunjuk wahana apa yang ingin dinaikinya. "Ali, mau naik itu," katanya.

Ali membulatkan matanya. "Seriusan? Itu komidi putar buat anak kecil, Prill. Kamu kan udah gede, udah kuliah juga,"

Prilly mencembikkan bibirnya. "Nggak mau tau. Pokoknya aku mau naik itu dan kamu harus ikut naik," katanya tak terbantahkan.

Setelahnya Prilly langsung menarik tangan Ali menuju wahana komidi putar itu.

Ali mendengus pasrah, mau tak mau dia harus menuruti permintaan Prilly. Dia tidak mau, binar bahagia dimata Prilly hilang karna dirinya tidak naik komidi putar.

Prilly memilih duduk dikuda poni, disampingnya ada Ali yang masih berdiri disamping kuda coklat dengan wajah datarnya. Prilly terkikik geli melihatnya.

Prilly mengedarkan pandangannya kearah lainnya, komidi putar belum juga bergerak karna masih banyak tempat yang kosong. Seketika mata Prilly berbinar saat melihat seorang balita sekitar berumur dua sampai tiga tahunan sedang naik kuda berwarna putih, disampingnya ada ibu-ibu berhijab yang Prilly yakini adalah ibu dari balita itu.

Prilly langsung turun dari kudanya, lalu menghampiri Ali yang tengah berkutat dengan kameranya. "Pstt, Ali, he, Ali, woi, Ali, hey,"

Ali mengernyitkan dahinya. "Apaan, Prill?" tanyanya.

"Ikut aku yuk?"

"Kemana? Ke KUA? Hayuk atuh neng,"

Prilly mendelik. "Ali oncom. Ngarep ah. Ayo buru ikut, aku. Aku pengen difotoin sama adek itu yang naik kuda putih tuh,"

Ali mengikuti arah yang ditunjuk Prilly. Seorang balita dengan hijab lucu, sebagian poninya mendesak keluar dari hijabnya. Pipinya gembul, matanya bulat berwarna coklat almond, bulu matanya yang panjang membuatnya tampak imut dimata siapapun.

Ali mengangguk. "Yaudah ayo kesana, kita izin sama ibunya,"

Prilly mengangguk, kemudian menarik tangan Ali menuju ketempat balita tadi. Dia menepuk bahu ibu pemilik balita tadi dengan pelan. "Buk,"

Because YouWhere stories live. Discover now