Chapter 25

5.2K 320 0
                                    

Cerita sudah direvisi, selamat membaca.

---

Prilly Latuconsina : Ali, aku masih dikelas. Kayaknya aku pulang sekitar jam setengah empat an deh. Kamu mau nungguin aku apa langsung pulang aja?

Baru Ali akan melangkahkan kakinya keluar kelas--ada whattsapp dari Prilly yang membuatnya harus memberhentikan langkahnya dan memilih duduk kursi yang berada didepan kelasnya.

Ali Syarief : lumayan lama, ya😕 Yaudah aku tungguin aja deh, aku juga baru selesai kelas. Aku tunggu di taman belakang aja, ya.

Prilly Latuconsina : oke deh. Ntar aku kesana.

Ali Syarief : yaudah sana, belajar yang bener. Didengerin dosennya ngomong apa, jangan mikirin aku terus😆

Prilly Latuconsina : jayus lo, rab. Udah ah, dosennya udah masuk. Dosennya killer tau, jangan berisik kamu.

Ali memasukkan ponselnya kedalam saku dan bangkit dari duduknya. Namun lagi dan lagi ia harus mengurungkan niatnya karna ada seseorang yang menepuk belakang kepalanya.

Ali sudah tau siapa itu--dia menoleh dengan tatapan malasnya. "Eh tai kucing, sakit bego."

Kevin yang memukul Ali tadi hanya terkekeh melihat tampang Ali. "Mulai deh, lo lebay kalo lagi marah, Li."

Ali mendengus geram. Dia bangkit dari duduknya dan menyandarkan tubuhnya didinding. Ali mengangkat sebelah alisnya kearah Kevin.

"Apaan? Lo ngapa belum pulang? Biasanya aja lo paling semangat kalo urusan pulang," tanya Kevin sambil bersidekap dada.

"Masih nunggu Prilly gue. Ini mau ketaman belakang, nungguin Prilly disono. Lo ngapa belum pulang? Mau nungguin Mila?"

Kevin menggeleng. "Ogah gue nungguin Mila,"

Ali mengangkat sebelah alisnya heran. "Ngapa lo? Biasanya aja semangat banget kalo nungguin Mila,

Kevin mendengus kesal. "Tau lah. Males gue sama tuh anak. Sensi banget jadi cewek. Tiap hari berantem mulu, harus gue terus yang ngalah."

Ali menegakkan tubuhnya. "Ya lo juga kagak boleh gini lah, Dodol. Lo tuh harus sabar ngadepin Mila kalo lo emang sayang sama tuh anak. Gue tau Mila kok. Dia meskipun sensiannya ngeselin banget, tapi dia gampang dibikin luluh. Coba aja lo baikin dia, ntar juga balik sendiri."

Ali menepuk-nepuk kepala Kevin dengan cukup keras. "Gue duluan. Jangan ngelamun, kesambet ntar gila."

Setelahnya Ali berlalu dari hadapan Kevin yang sudah misuh-misuh karna kelakuan Ali.

.

.

Ali duduk dibawah satu-satunya pohon yang sangat rindang disana. Ali menyandarkan tubuhnya dibatang yang kokoh pohon itu.

Ali mendongakkan kepalanya--melihat melalui celah-celah dari daun dipohon itu. Matahari mulai turun dan hari sudah tidak terlalu panas.

Ali memasang earphone nya--menikmati alunan lagu yang berasal dari ponselnya. Dia memejamkan matanya, berusaha menghilangkan penat dipikirannya yang akhir-akhir ini mengganggunya.

Samar-samar telinga Ali mendengar ada suara orang yang memanggil namanya. Namun Ali tidak menghiraukannya--karna mungkin itu hanya halusinasinya saja.

Ali mengernyitkan dahinya saat merasa ada yang melemparinya dengan batu-batu kecil. Kalau Prilly itu tidak mungkin--karna Ali duduk disini saja belum genap lima belas menit.

Because YouWhere stories live. Discover now