Chapter 40

5.6K 257 2
                                    

"Udah selesai?" ali bangkit dari duduknya, dan berdiri tepat didepan prilly yang tengah mengikat tali sepatunya.

"Bentar. Tinggal satu lagi, selesai." prilly mengikat tali sepatu sebelah kanannya. "Nah, selesai nih. Ayo, pulang!" ali menggamit jari tangan prilly.

"Kamu tadi kesini naik apa, yang?" tanya ali. Ia menggoyangkan tangannya dan tangan prilly yang saling bertaut.

"Naik taksi, yang. Aku nggak bawa mobil. Mobil aku ada di beng–"

"PRILLY!!"

Belum sempat prilly melanjutkan ucapannya. Ada sebuah suara yang memanggil namanya. Spontan, ali dan prilly menoleh ke asal suara tadi.

Mata prilly membulat seketika saat tau siapa yang memanggilnya. Kalian tau siapa? Enggak? Iyalah, wong belum tak kasih tau.

Itu Nadira. Sahabat dekat prilly semasa masih SMA. Nadira adalah sahabat prilly yang selalu ada disamping prilly semasa SMA dulu. Namun karna nadira harus pindah ke semarang tiba-tiba, dan sampai sekarang prilly tak tau alasannya apa kenapa nadira pindah. Prilly dan nadira sudah tak pernah bertemu lagi sekitar lima tahun lamanya. Mereka juga tak pernah berkomunikasi, mereka benar-benar lostcontact.

Dan sekarang setelah lima tahun lamanya. Mereka bertemu, lagi.

Prilly berlari kecil kearah gadis bertubuh tinggi itu, lalu memeluknya erat. Melepas kerinduan yang sudah membuncah.

"Ahhh!! Nadi. Gue kangen banget sama lo." pekik prilly dipelukan nadira. Nadira tertawa kecil, ia mengusap-usap rambut sahabatnya yang manja ini. Tak pernah berubah dari dulu, prilly tetap manja. Berbeda sekali dengan nadira yang dewasa, namun ia sangat, tempramental.

"Gue juga kangen banget sama lo, printilann." nadira melepas pelukannya dari prilly.

"Lo gimana kabarnya, nad? Baik kan? Makin cantik aja lo disemarang, makin tinggi lagi lo. Ishh, gue nggak tinggi-tinggi." cerocos prilly, nadira terkekeh.

"Alhamdulillah, kayak yang lo liat. Gue baik-baik aja. Lo juga baik, kan? Makin gendut aja lo prill." goda nadira, prilly mencembikkan bibirnya.

"Hahahahahh, bercanda printilanku sayangg." nadira mencubit pelan hidung mancung prilly.

"Nama gue PRILLY, nadi. Bukan PRINTILAN." protes prilly, nadira terkekeh lagi.

"Bodo, gue maunya manggil lo PRINTILAN. Kalo prilly kebagusan, lah." prilly mendelik kearah nadira. "Ketimbang lo. Nama gue nadira, malah di panggil nadi. Jelek amat."

"Ahh, yaudah deh. Serah lo. Nggak berubah lo dari dulu." prilly memutar bola matanya.

"Iyalah. Lo kira gue spiderman, bisa berubah." canda nadira, prilly mencibir. "Btw. Lo kesini, sendirian?"

"Enggak dong. Gue kesini sama pacar gue, nih dibela– lah, pacar gue kemana coba? Tadi dia ada disini loh nad." prilly menoleh kearah belakangnya, mencari keberadaan ali.

Tanpa prilly sadar, saat prilly tengah berpelukan dengan nadira. Ali pergi kekamar mandi, karna ada panggilan alam. Tau kan maksud aku? Perasaan, setiap sama prilly. Ali mesti kebelet ya? Iya nggak sihh? Nggak juga ya:3

"Kagak bakal ilang pacar lo, prill. Palingan juga lagi ke kamar mandi." prilly mengangguk. "Lah, lo sendiri kesini sama siapa, nad? Sendiri?"

"Enggak. Tuh, gue sama adek gue." nadira menunjuk kearah perempuan yang sedang menuntun seorang anak perempuan yang berkisar umur satu tahunan. Mereka berdua berjalan kearah prilly dan nadira.

"Nceee!!" pekik anak kecil itu kepada nadira. Nadira tersenyum lalu menggendong anak kecil itu tadi.

Prilly menyikut lengan nadira. "Nad, itu siapa? Anak lo?" prilly berbisik tepat ditelinga nadira.

Because Youحيث تعيش القصص. اكتشف الآن