Chapter 59

6.5K 341 20
                                    

Selamat membaca~

---

Kaia berdiri dari tempat duduknya saat melihat dokter Rendra keluar dari ruang rawat Ali. Kaia belum sempat menghubungi siapapun, terutama Mama Resi. Dia masih benar-benar cemas sekarang ini. Kaia takut jika Ali koma, Lagi.

"Gimana keadaan ali, Dok? Adik saya kenapa? Dia gak papa kan, Dok?" tanya Kaia bertubi-tubi.

Dokter Rendra tersenyum tipis. "Ali baik-baik saja. Dia hanya kelelahan karna terlalu sering terkena sinar radiasi. Dan juga sedari tadi, sepertinya Ali menahan sakit dikepalanya. Itu yang menyebabkan dia pingsan." kata Dokter menjelaskan.

"Terus kapan Ali bisa sadar, Dok?" tanya Kaia lagi.

"Saya belum bisa memastikan. Tapi Ali tidak akan pingsan dalam waktu yang lama. Mungkin sebentar lagi dia akan sadar. Kamu berdoa aja yang terbaik buat adek kamu." Dokter Rendra menepuk bahu Kaia sekali sebelum akhirnya meninggalkan Kaia.

.

.

Kaia menitikkan air matanya saat melihat Ali harus memakai selang oksigen lagi. Padahal belum genap satu minggu Ali melepas selang oksigen, sekarang Ali harus memakainya lagi. Agar dia bisa bernafas.

Sungguh, Kaia tidak tega.

Kaia mengusap dahi Ali. "Ayo bangun. Cepet banget sih lo tidur lagi? Padahal tadi lo abis bercanda sama gue, sekarang lo malah tidur lagi. Kebo banget sih, Li. Bangun dong, bangun. Temenin gue bercanda. Jangan tidur." kata Kaia sesenggukan.

"Lo bandel ya. Kepala lo sakit gak mau bilang gue. Kan jadi gini. Gue takut lo koma lagi, Li. Gue gak mau. Lo cepet bangun. Nanti kita bercanda bareng lagi." lanjutnya. Lalu Kaia menempelkan bibirnya didahi Ali. Mengecupnya lembut.

Tapi, Kaia lega. Karna Ali hanya pingsan. Bukan koma, seperti yang ditakutkannya tadi.

Kaia belum mau memberi tau mamanya. Karna ia tidak mau menambah beban pikiran Mamanya. Mamanya sudah pusing mengurus perusahaan yang sedang bermasalah, apalagi ditambah Ali. Kasian Mamanya, pikirnya.

Lagipula, Kaia yakin. Ali sebentar lagi akan sadar. Karna Kaia tau, adiknya berbeda dari yang lain. Dia lebih kuat dari yang lainnya.

.

.

Prilly berjalan masuk kearah rumah sakit setelah memarkirkan mobilnya. Hari ini dia sengaja membawa mobil sendiri karna dia memang akan pergi kerumah sakit menjenguk Ali. Dan kebetulan dirumahnya juga sedang tidak ada orang. Seperti biasa, Bunda dan Papanya tengah pergi mengurus bisnis semalam.

Prilly sebenernya masih cukup kesal dengan Ali gara-gara Ali me-ngeprank nya tadi. Tapi, rasa rindunya lebih banyak ketimbang rasa kesalnya.

Prilly juga ingin memastikan keadaan Ali. Karna sehabis menerima pesan dari Ali tadi, perasaan Prilly sudah merasa tidak nyaman tentang Ali. Dan Prilly mencoba menganggap itu hanya perasaannya saja.

Prilly mempercepat langkahnya, tapi tiba-tiba ada sebuah suara yang menghentikan langkahnya.

"Prill," panggil Kaia. Kaia melambai kearah Prilly, dari kantin rumah sakit. Kebetulan sekarang ini Prilly memang melewati depan kantin rumah sakit.

Prilly menoleh keasal suara. "Eh. Iya, Kai?" Prilly menghampiri Kaia yang tengah duduk sambil tersenyum kearahnya.

Prilly duduk disebelah Kaia, lalu meneguk ice lemon tea milik Kaia. Prilly menyandarkan punggungnya yang terasa lelah dikepala kursi.

Because YouWhere stories live. Discover now