Chapter 42

4.6K 268 23
                                    

Maafkan jika banyak kesalahan.
Karna manusia tidak luput dari kesalahan.

---

Prilly mengerjapkan matanya saat sayup-sayup telinganya mendengar suara alarm dari jam weker yang berada diatas nakas. Semalam ia memang sengaja memasang alarm pukul lima pagi karna ia berniat berangkat kuliah lebih awal, sebelum ali menjemputnya.

Karna sejujurnya, prilly masih enggan untuk bertemu ali.

Dengan malas ia bangkit dari ranjangnya lalu mengambil handuk, setelah itu bergegas masuk kekamar mandi.

Pagi ini prilly sengaja tidak mandi air hangat seperti biasanya, karena ia ingin fikirannya lebih tenang setelah tersiram oleh dinginnya air. Ia tidak perduli selama apa ia akan berdiri dibawah shower dengan air dingin yang terus mengguyur tubuhnya.

Prilly ingin melupakan kejadian kemarin yang membuatnya dadanya terasa sesak jika disuruh mengingat lagi.

Tiga puluh lima menit kemudian, barulah prilly keluar dari kamar mandi. Ia memakai baju casualnya dan mengenakan jaket almamater universitasnya. Pukul enam lebih lima belas menit ia sudah siap.

Prilly mematut dirinya dicermin. Penampilannya benar-benar seperti mayat hidup. Dibawah matanya terdapat lingkar hitam yang benar-benar terlihat. Matanya bengkak karna menangis semalaman dan juga bibirnya terlihat pucat.

Prilly memoleskan lipgloss dibibirnya agar tidak terlihat pucat. Ia tersenyum melihat bayangan dirinya dicermin yang tampak lebih baik daripada tadi.

"Semangat, prill! Lupain semuanya. Anggap aja hari kemarin itu, gak ada." ucap prilly menyemangati dirinya sendiri.

Prilly menuruni tangga rumahnya dengan hati-hati. Ia melihat raja yang tengah mengoleskan selai coklat di roti tawarnya.

"Pagi!" sapanya berusaha seceria mungkin lalu duduk dikursi sebelah raja.

"Pagi juga, kak." balas raja. "Tumben jam segini udah rapi?" tanyanya lalu ia memasukkan roti kedalam mulutnya.

"Iya, dek. Gue ada kelas jam tujuh, soalnya." raja membulatkan mulutnya sambil manggut-manggut.

"Oh, ya. Lo bareng gue aja ya kesekolahnya. Gak usah sama mang diman, biar mang diman istirahat aja, kasian." ucap prilly. Ia lalu menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

"Lah, kenapa lo kak? Lo gak bareng sama bang ali. Tumben amat, sih." tanya raja heran.

"Males!" sahutnya singkat. "Udah deh, dek. Jangan bahas nama dia didepan gue." sambungnya lagi tak acuh.

Raja melihat kakaknya dan mengernyitkan dahinya bingung. Tidak biasanya kakaknya ini bersikap seperti ini kepada ali. Prilly melirik raja sekilas lalu meneguk susu putihnya dan mengelap mulutnya dengan tissue.

"Sampai kapan mau liatin gue kayak orang bego, gitu? Ayo berangkat. Gue gak mau telat, ya. Ini hari senin, dan pastinya bakal macet."

Prilly bangkit dari duduknya meninggalkan raja yang masih menatap bingung kearahnya. Ia mengambil kunci diatas meja lalu keluar dari rumahnya diikuti raja dibelakangnya.

Baru saja prilly membuka pintu utama rumahnya. Matanya menangkap siluet lelaki yang tengah berdiri membelakanginya saat ini. Prilly sempat terkejut namun dengan cepat ia bersikap biasa saja.

Because YouWhere stories live. Discover now