Chapter 48

5.5K 267 3
                                    

Ini spesial Citra, Nadira dan masa lalunya, ya.
Jadi nggak ada Ali Prilly dipart ini.

---

Citra bersandar di kursi sofanya. Tangan kanannya mengambil kacang mente dan dimasukkan kedalam mulutnya sedangkan tangan kirinya mengotak-atik ponsel berwarna gold rose itu. Televisi dibiarkan menyala tanpa dilihat.

Citra menelusuri beranda instagram dari akun-akun yang diikutinya. Tangannya mengetikan sebuah nama dikolom search.

@aliandooo

Tidak ada postingan terbaru dari instagram itu. Terakhir kali lelaki arab itu memposting foto dua minggu yang lalu, mungkin.

Seulas senyum tipis tercipta dibibir Citra saat melihat foto yang terakhir kali diposting Ali. Foto Ali bersama Prilly.

Dadanya terasa sesak seketika. Bukan, bukan karna foto Ali bersama Prilly yang terlihat dekat, tapi karna caption dari foto itu.

Jujur, ia jadi merasa bersalah sekarang ini. Pasti sekarang hubungan mereka merenggang bahkan putus, dan itu karna dirinya. Karna sifat egoisnya.

Citra merutuk dalam hati. Mengutuk dirinya sendiri yang benar-benar keterlaluan kali ini. Membuat hidup seseorang-ralat, dua orang yang tidak bersalah menjadi menderita.

Dan itu karna dirinya.

Dia menjadi peran antagonis dalam hidupnya sendiri. Membuat orang menderita demi kebahagiaannya sendiri.

Citra me-log out instagramnya, dan meletakkannya di meja. Ia menjambak rambutnya frustasi, ia ingin menangis sekarang juga.

"Gue harus gimana sekarang? Gue ngerasa jadi orang jahat banget disini. Gue nyakitin dua orang sekaligus. Gue nyakitin dua orang yang gak bersalah sama sekali dan bahkan mereka sama sekali gak kenal sama gue." ucapnya frustasi. Ia memijit pelipisnya.

"Gue bahkan nuduh kak Ali yang tega ngehamilin gue. Padahal nyatanya bukan kak Ali yang ngehamilin gue."

"GUE JAHAT! GUE JAHAT BANGET! ARGHH..!" Citra berteriak meluapkan emosinya.

"Jadi-maksud lo?"

Nafas Citra terasa berhenti saat itu juga, saat mendengar suara seseorang yang sangat familiar ditelinganya. Nadira–kakaknya.

Seingatnya Nadira tadi tidak ada dirumah, dan dia bilang akan pergi kesupermarket. Tapi, tanpa Citra sadari. Nadira sedari tadi bersembunyi dibalik tembok, mendengarkan segala ucapan Citra barusan.

Nadira menghampiri Citra yang tengah mematung ditempat saat ini.

Citra berdiri. "K-kak, m-maksud gue bukan-"

Plakkk.

Belum sempat Citra menjelaskan semuanya ke nadira. Tangan Nadira sudah mendarat mulus dipipi kanan Citra. Nadira tidak perduli siapa yang ditamparnya saat ini, tapi apa yang dilakukan Citra kali ini benar-benar keterlaluan.

Citra memegangi pipinya yang memerah dan terasa perih. "K-ak, l-lo nampar gue?" suaranya tercekat.

"Lo pantes dapetin itu! Bahkan lebih dari itupun lo pantes. Lo tuh kayak iblis tau, gak! Lo bener-bener, ya! Gue nggak nyangka lo bakal kayak gini, Cit! Lo gak punya hati! Lo gak punya perasaan!" dan ini untuk pertama kalinya Nadira berkata sekasar ini kepada Citra.

"Buat apa lo lakuin ini semua ke Ali, hah?! Jawab?! Buat apaa?! Lo bener-bener udah kelewatan! Lo nggak cuma bikin Ali menderita, tapi lo juga bikin sahabat gue menderita. LO BENER-BENER, BITCH!" Nadira berteriak didepan wajah Citra, ia benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya lagi saat ini.

Because YouWhere stories live. Discover now