Chapter 61

7.2K 395 33
                                    

Resi mengusap-usap kedua puncak kepala anak kesayangannya. Dia sekarang tengah berada disofa ruang rawat Ali. Duduk ditengah-tengah antara Ali dan juga Kaia.

Resi mengecup puncak kepala Kaia yang tengah memainkan game diponsel Ali. Lalu sekarang beralih mengecup kepala Ali yang tengah memainkan rambut Resi.

Sudah lama Resi tidak seperti ini dengan kedua anaknya. Sejak ada masalah dalam perusahaannya, Resi lebih banyak menghabiskan waktunya dikantor, daripada menemani kedua anaknya. Terutama Ali yang nyatanya sekarang sedang sakit.

Bukan karna dia tidak sayang dan juga peduli. Dia hanya menjalankan tugasnya sebagai direktur utama diperusahaan itu, perusahaan warisan suaminya. Dia hanya melakukan tugasnya dengan baik.

Ali mendengus lalu menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Maaa." panggilnya manja.

"Hem."

"Ali pengen keluar, Ma. Bosen tau udah seminggu lebih dikamar ini terus, nggak pernah keluar. Udah gitu disini nggak bisa maen PS lagi, kan nggak asik, maaa." pintanya.

Resi menghela nafasnya. Lalu mengusap-usap dahi Ali yang terasa hangat. "Emang mau pergi kemana sih, Sayang?"

"Ali pengen ketaman deh, Ma. Udah seminggu Ali disini, tapi Ali nggak pernah main ketaman rumah sakit ini loh, Ma." terangnya. Entah kenapa tiba-tiba Ali ingin pergi ketaman rumah sakit.

"Tapi sekarang udah malem loh. Kamu kan belum sembuh. Anginnya juga nggak baik buat kesehatan kamu, nanti kamu sak–"

"Maa. Ali udah sembuh. Ali udah sehat. Ali nggak sakit. Ali bosen ma kalo harus dikamar ini terus. Ali juga pengen keluar, ma." Ali memotong ucapan mamanya.

Ali lelah jika harus berdiam diri dikamar ini terus. Jika Ali ingin Pergi keluar, mamanya selalu mengatakan bahwa Ali belum sembuh. Dan Ali jengah jika mendengar mamanya terus menerus mengatakan itu. Ali merasa bahwa dia baik-baik saja. Dan dia tidak suka dia dianggap lemah.

Ali mendongakkan kepalanya, melihat Resi dan menunjukkan puppy eyes andalannya. "Boleh ya, Ma? Mama kan baik, cantik lagi. Boleh kan maaa?"

"Dih, dasar modus lo." sambar Kaia saat mendengar perkataan Ali barusan.

"Bodo. Yang modus gue ini. Nyamber aja sih lo." tukas Ali tak mau kalah. Kaia mencibir dengan menaikkan sebelah bibirnya. "Maa, boleh ya, maa?"

Resi berpikir sejenak, lalu akhirnya berkata. "Iyaudah, boleh. Tapi kamu pake jaket, ya. Diluar soalnya anginnya lumayan kenceng."

Ali mengangguk dengan semangat. Lalu mengecup pipi mamanya singkat. "Makasih, ma. Mama cantik, deh." Ali mengerlingkan mata genitnya kepada Resi.

Resi menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anak lelakinya itu. Dia bangkit dari duduknya dan mengambil jaket barcelona Ali yang ada dilemari kecil.

"Nih pakek." Resi memakaikan jaket ketubuh Ali.

"Kai, kamu ikut apa mau tetep disini?" tanya Resi kepada Kaia yang masih fokus dengan gamenya.

"Ikut aja, Ma. Males lagian disini sendirian." sahutnya. Kaia memasukkan ponsel Ali kedalam tasnya lalu berdiri dari duduknya.

"Udah ma, ayo kita keluar." kata Ali bersemangat. Dia membawa tiang infusnya kearah pintu kamar rawat.

Resi menahan lengan Ali, yang membuat Ali menghentikan langkahnya. Ali menoleh kearah Resi dan mengerutkan dahinya. "Kenapa sih, Ma?"

"Kamu mau kemana?"

"Mau ke taman lah. Kan kata mama tadi aku boleh ke taman."

"Siapa suruh jalan kaki?"

"Lah terus kalo nggak jalan kaki, mau naik apa ma? Naik pesawat?"

Because YouWhere stories live. Discover now