Chapter 4

10.5K 523 13
                                    

Cerita sudah direvisi, silahkan membaca.

---

Ali mengambil wudhu saat adzan isya berkumandang. Dia ingin melaksanakan sholat isya terlebih dulu sebelum menjemput Prilly sesuai ucapannya tadi.

Setelah memanjatkan doa sesudah wudhu, Ali menggelar sajadah diatas lantai yang dilapisi karpet barcelona.

Ali mulai melaksanakan kewajibannya sebagai umat islam, Sholat.
.

.

Setelah setengah jam melaksanakan sholatnya, Ali sekarang sudah berdiri didepan cermin besar. Ali mematut dirinya yang terlihat tampan dengan balutan kemeja kotak-kotak berwarna abu-abu dan kaos polos putih didalamnya. Dia memakai celana jins berwarna hitam dan sepatu berwarna putih.

Ali melihat rambutnya yang terlihat berantakan itu, lalu tangannya terangkat untuk merapikan rambutnya. Membentuk sebuah jambul yang sudah lama ini menjadi andalannya.

Ali menjentikkan jarinya dan tersenyum saat merasa penampilannya sudah baik. Dia mengambil benda berbentuk persegi panjang yang ada diatas nakas dan mulai mengetikkan pesan untuk Prilly.

Ali Syarief : sebentar lagi aku kerumah kamu. Jangan lupa siap-siap ya, Sayang. Jangan lupa sholat isya' dulu. Tunggu aku, love you❤

Setelahnya Ali memasukkan ponsel itu kedalam saku celana jinsnya tanpa menunggu balasan dari Prilly.
.

.

"Mama." panggil Ali saat melihat Resi tengah duduk disofa sambil menonton televisi. Ali mengecup pipi wanita yang dicintainya itu.

Disampingnya ada Kaia yang tengah melihat kearahnya dengan alis yang tertaut.

"Mau kemana?" tanya Resi dan Kaia bersamaan.

Ali terkekeh. "Yaelah, bisa bareng gitu. Ali mau pergi bentar sama Prilly. Boleh kan, Ma?"

Dengan cepat, Kaia menjawab, "Ma, jangan diizinin, Ma. Dia bohong tuh, Ma. Palingan dia mau main sama temen-temennya ke Club, terus pulangnya tengah malem. Jangan diizinin, Ma."

Ali mengusap-usap dadanya dramatis. "Astagfirullahaladzim. Mulut lo kalau ngomong kagak disaring, ye? Gue ini adek lo yang paling baik, sangat mustahil kalau adek lo ini dateng ketempat yang kayak gitu." kata Ali.

Ali mengangkat jari telunjuknya, dan menggoyang-goyangkan tepat didepan wajah Kaia. "Jangan asal fitnah. Karna sesungguhnya fitnah itu lebih kejam daripada fitnes."

Resi yang sedari tadi mendengarkan perkataan kedua anaknya ini hanya bisa tertawa sambil sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya.

Kaia mencibir. "Dasar sok ustadz."

"Udah. Ali, kamu berangkat sana. Udah malem, kasian Prilly nunggunya lama. Inget, ya. Jangan macem-macem, jangan malem-malem pulangnya." kata Resi menengahi.

"Siap, boss," Ali mengangkat tangannya layaknya orang yang sedang hormat.

Ali mengecup punggung tangan Resi, dan mengecup pipinya. Lalu beralih mengecup puncak kepala Kaia dengan sayang.
.

.

Ali memberhentikan mobilnya tepat didepan gerbang berwarna coklat yang menjulang tinggi. Ali keluar dari mobilnya dan membuka pintu pagarnya yang kebetulan tidak dikunci. Dirumah Prilly ini tidak ada satpam, namun dirumah ini ada beberapa camera cctv.

Because YouWhere stories live. Discover now