Chapter 30

7K 280 14
                                    

Tangan Ali terulur memegang remote televisi--mengganti-ganti saluran televisi berkali-kali. Disampingnya ada Prilly yang tengah fokus sendiri memakan pop corn caramel.

Tidak ada yang bisa menghitung berapa banyak Ali mengganti saluran televisi. Berulang kali juga dia berdecak kesal saat melihat acara televisi yang sama sekali tidak menarik.

Banyak sekali acara gosip juga sinetron-sinetron yang menurut Ali benar-benar membosankan. Acara gosip yang membicarakan tentang sensasi-sensasi artis tanah air.

Padahal kan--kata guru agama SD Ali dulu, membicarakan orang lain itu sama saja seperti ghibah. Dan kata guru agama SD Ali pula--itu berdosa. Tapi kenapa masih saja banyak yang suka membicarakan orang lain? Ck.

Prilly yang baru saja menyadari jika channel televisi berubah-ubah langsung berdecak kesal. Dia menoleh kearah Ali yang sedang bertopang dagu--sambil masih mengganti channel televisi.

Dengan geram--Prilly mengambil remote televisi dengan tiba-tiba yang membuat Ali terkejut. Ali menoleh kearah Prilly yang sudah memasang tampang sangarnya.

"Lah kok diambil remotenya? Kan aku mau liat tivi," protes Ali tidak terima.

Prilly memutar bola matanya, "Liat tivi apaan. Dari tadi channel diganti-ganti terus nggak jelas. Yang diliat itu apaan? Mau ngerusakin tivi Oma kamu?"

Ali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Ya nggak gitu, sih. Aku bosen aja. Acara tivi nggak ada yang bagus. Jelek semua kayak wajah kamu," kata Ali kelewat santai.

Spontan Prilly mendelik mendengar perkataan Ali. Dia menarik telinga Ali yang membuat si empu telinga mengaduh.

"NGOMONG LAGI KAMU. APA? LAGI NGOMONG!"

Ringisan Ali tidak membuat Prilly merasa kasihan. Justru dia semakin menarik telinga Ali yang membuat telinga Ali memerah.

"Astagfirullahadzim, kdrt nih. Ampun ampun, buset deh." kata Ali sambil memegangi tangan Prilly yang berada ditelinganya.

Baru saja Prilly akan membuka mulutnya--Oma Prilly datang dari arah dapur.

"Yaampun, Ii. Itu telinga Ali kenapa ditarik atuh? Lepasin. Sakit pasti Alinya, kasian atuh." tegur Oma membela Ali.

Prilly mendengus sebal--sebelum melepaskan tangannya dari telinga Ali, dia memelintir telinga Ali sekilas yang membuat Ali memekik.

"Astagfirullahaladzim, Ii. Kamu tuh ya, nggak baik kayak gitu. Liat tuh, telinga Ali merah gara-gara kamu," tegur Oma lagi sambil menunjuk Ali yang tengah mengusap-usap telinganya yang memerah.

"Lagian Oma. Dia bikin Prilly kesel," kata Prilly sambil bersidekap dada.

Oma tersenyum maklum. "Maafin Ii ya, Li. Cucu oma emang kayak gitu,"

Ali mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Oma. Padahal Ali tadi cuma bilang kalo Ali bosen, Oma. Tapi Prilly malah narik telinga Ali," adu Ali kepada Oma.

Oma menggeleng-gelengkan kepalanya. "Yaudah kalo Ali bosen nanti biar Prilly ngajak kamu ke kebun teh ya. Disana enak hawanya, adem pisan."

Seketika mata Ali berbinar, "Seriusan Oma?" tanya Ali antusias.

Anggukan dari Oma membuat Ali tambah sumringah. "Iya. Ii, temenin Ali ya. Kasian dia daripada dirumah terus, ajak keluar. Oma mau kedapur dulu, Opa minta bikinin teh anget." setelahnya Oma berlalu kedapur.

Prilly melirik Ali yang masih memasang wajah sumringahnya. Dia sebisa mungkin menahan senyumnya melihat wajah Ali yang tampak menggemaskan.

"Kenapa? Senyum senyum kayak orang gila," tukas Prilly berusaha seketus mungkin.

Because YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang