Chapter 60

7.2K 370 23
                                    

Selamat membaca~

---

Gadis cantik berperawakan pendek itu melangkahkan kakinya disepanjang koridor rumah sakit. Wajahnya terlihat sangat bahagia, karna pulang kuliah lebih awal dari biasanya.

Pulang lebih awal merupakan surga bagi dia.

Sesekali bibir tipisnya bersenandung, menyanyikan lagu barat yang sekarang menjadi lagu favoritnya. Entahlah, hari ini benar-benar membahagiakan menurutnya. Dia pun tidak tau kenapa ia begitu bahagia.

Mata Prilly menangkap Kaia yang terlihat buru-buru berjalan dikoridor, sambil mengambil sesuatu dari dalam tasnya yang Prilly tidak tau apa itu.

Prilly menepuk bahu Kaia pelan, reflex Kaia menoleh. "Eh, iya, apa Prill?" tanyanya. Kaia terlihat panik.

Dahi Prilly berkerut. "Kenapa sih, Kai? Panik banget keliatannya, buru-buru juga lagi." tanyanya.

Kaia menyelipkan rambutnya dibelakang telinga. "Gue panik banget, Prill. Temen gue baru aja ngewatsapp, dan dia bilang katanya hari ini ada tugas yang harus banget dikumpulin sekarang. Lah gue lupa, gue belum ngerjain sama sekali. Mangkannya gue sekarang buru-buru ke kampus." jelasnya.

"Lo mau ngejenguk Ali, kan? Yaudah sana, Ali lagi tidur kok. Bangunin aja entar. Dia belum makan, Prill. Katanya nunggu elo. Gue pergi dulu ya, Prill. Titip Alii." katanya lalu akhirnya Kaia berlalu dari hadapan Prilly.

"Take care, Kai!" kata Prilly setengah berteriak. Prilly melanjutkan langkahnya, menuju Kamar VIP nomor 123.

Prilly memberhentikan langkahnya saat dirinya sudah berada didepan kamar 123. Belum sempat prilly membuka pintu, ada suara yang membuatnya harus mengurungkan niatnya itu.

"Kamar siapa, be?"

Prilly terkejut. Dia hafal betul siapa pemilik suara ini. Pemilik suara ini adalah orang yang selalu berhasil membuat mood nya menjadi buruk.

Jonathan alias Jono.

Prilly menoleh dan mendapati Jonathan sedang berdiri hanya berjarak beberapa meter darinya. Jonathan masih lengkap dengan baju kuliahnya tadi, dan juga tas selempangnya yang warna hitam butut.

Prilly bersidekap dada. "Ngapain lo kesini?" tanyanya judes, tanpa menjawab pertanyaan Jonathan tadi. "Lo ngikutin gue?" lanjutnya sinis.

Entah kenapa setiap bertemu dengan Jonathan, Prilly tidak bisa bersikap lembut seperti kepada orang lain.

Jonathan nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehe, iya babe. Abang daritadi ngikutin babe. Babe sih daritadi di kampus Abang panggilin nggak noleh. Yaudah deh Abang ngikutin Babe sampek kesini." jelasnya.

Prilly memutar bola matanya. "Oh iya? Haha," Prilly tertawa hambar. "Gue nggak nanya." lanjutnya.

Prilly meninggalkan Jonathan yang masih berdiri disitu, dia memasuki kamar rawat Ali.

Prilly berdiri dari dalam kamar rawat Ali sambil memegangi knop pintu. Matanya memperhatikan Jonathan yang masih berdiri diluar dengan muka sok melasnya. Prilly merasa iba, dia tidak tega jika harus mengusir Jonathan.

Because YouWhere stories live. Discover now