Chapter 10

6.4K 425 2
                                    

Ali menghempaskan tubuhnya yang terasa segar diatas king size bermotif Barcelona miliknya.

Ali memejamkan matanya sekilas dan kembali membukanya. Matanya menelusuri setiap sudut kamarnya. Kamar Ali benar-benar terlihat rapi, meskipun dia seorang lelaki.

Ali memang tidak memperbolehkan siapapun merapikan kamarnya, karna itu adalah tugasnya sendiri.

Ali melirik kearah nakas, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tiga lebih dua puluh menit. Matanya tak sengaja melihat sebuah pigora yang juga terletak disana.

Tangan Ali terulur untuk mengambil pigora yang berisi foto seorang gadis yang tengah berpose memeluk sebuah boneka doraemon berukuran cukup besar dengan senyum cerianya.

Ali terkekeh saat mengingat kapan foto itu diambil. Dia yang memotret gadis itu–sesuai permintaan gadis itu sendiri.

Boneka doraemon itu, boneka pemberian Ali yang sengaja ia beri untuk gadis itu sekitar lima bulan yang lalu. Dan Ali masih ingat bagaimana wajah bahagia gadis kesayangannya itu saat menerima boneka itu.

Kembali ke saat ini. Ali mengusap-usap foto gadis itu. Rasa rindunya menyeruak. Sudah hampir seminggu dirinya tidak pernah menghabiskan waktu dengan gadis itu. Dan Ali benar-benar rindu.

Ini semua gara-gara Randy.

Ali tidak akan membiarkan Randy mengambil gadisnya.

Sampai kapanpun.

.

.

Ali Syarief : Pagi sayang❤ ada kuliah pagi kan hari ini? Berangkat sama aku ya? Aku jemput.

Setiap pagi, sebelum berangkat kuliah, Ali selalu mengirimkan pesan singkat itu kepada Prilly.

Dan Ali benar-benar harus diuji kesabarannya, karna balasan Prilly benar-benar membuatnya kecewa.

Dia tidak memperbolehkan Ali menjemput dan dia lebih memilih berangkat bersama Randy.

Lima menit sudah, tapi Prilly tak kunjung membalas pesannya.

Ali menghela nafasnya sebelum akhirnya memasukkan ponselnya kedalam saku celana jins nya.

Ali mematut dirinya didepan cermin, membenahi letak rambutnya yang dibentuk jambul. Setelah dirasa semua sudah selesai, Ali melangkahkan kakinya yang hanya dibalut kaus kaki itu kearah luar kamar.

Cling.

Ali mengurungkan niatnya untuk membuka pintu saat mendengar suara yang ia yakini dari ponselnya.

Dengan cepat Ali mengambil ponselnya, dan senyumnya merekah saat melihat itu dari Prilly.

Prilly Latuconsina : Pagi juga sayang❤ iya aku ada kuliah pagi, kamh jangan jemput. Aku berangkat bareng Randy. Maaf ya):

Senyumnya luntur, Ali mendesah kecewa. Untuk kesekian kalinya balasan Prilly selalu sama. Dan Ali benar-benar bosan.

Ali benar-benar dibuat kesal. Bukan, bukan kesal dengan Prilly. Tapi dia kesal, marah dengan Randy. Karna seolah-olah Randy merebut Prilly darinya.

Because YouWhere stories live. Discover now