Chapter 21

6.1K 399 6
                                    

Cerita ini sudah direvisi, selamat membaca.

---

Pagi ini--kondisi Ali memang belum sepenuhnya membaik. Ali masih merasakan panas dingin juga sakit--berdenyut dikepalanya.

Tapi bukan Ali kalau terus memperdulikan sakitnya.

Kemarin sebelum pulang, Prilly sempat mengatakan jika hari rabu ini--kuliah diliburkan. Dan Ali benar-benar merasa senang mendengar itu. Dia jengah melihat wajah-wajah dosennya yang biasa saja itu.

Ali menuruni tangga rumahnya dengan cepat--sambil sesekali membalas pesan dari teman-temannya yang menanyakan kabarnya.

Ali langsung memasukkan ponselnya kedalam sakunya saat melihat Kaia yang tengah duduk dengan manis dibar kecil samping dapur rumahnya. Kakaknya itu tampak asik memainkan ponselnya--bahkan ia sampai tidak menyadari keberadaan Ali yang sudah duduk didepannya.

Ali mengernyitkan dahinya saat melihat Kaia yang tengah senyum-senyum sendiri sambil melihat ponselnya. Ali tersenyum jail sebelum akhirnya merampas ponsel berwarna rose gold milik Kaia--yang sontak membuat Kaia tersentak.

Ali langsung berdiri dari duduknya saat dirinya sudah mendapatkan ponsel Kaia. Dia membaca chat Kaia yang kebetulan terbuka itu. "Lo udah sarapan, Kai? Jangan telat sarapan ya, entar kalo lo sakit, gue khawatir," kata Ali ketika membacakan chat Kaia dengan seorang laki-laki.

Kaia geram sendiri dengan adiknya itu. Pipinya memerah antara malu juga marah. Kaia menghentakkan kakinya geram, lalu setelahnya-- "ALIIIIIII!! BALIKIN HAPE GUE!! ISHHH LO TUH YA!"

Ali terbahak melihat wajah Kaia. Dia berlari menuju ruang keluarga saat melihat Kaia mulai berlari mendekatinya.

Kaia berusaha menggapai ponselnya yang diangkat tinggi-tinggi oleh Ali. "ALI, BALIKIN HAPE GUE! LO TUH. TAI BANGET SIH,"

Ali terbahak lagi--dia memeletkan lidahnya kearah Kaia--berniat mengejek kakak tunggalnya itu. "Kalo gue tai, lo apanya tai? Tempatnya tai ya, Kai? Ha ha ha,"

Setelah mengucapkan itu, Ali langsung berlari menjauhi Kaia sebelum Kaia mengeluarkan kata-kata mutiara miliknya.

"ALIIIIIIIIIIIIII!!!"

Kaia langsung mengejar Ali yang sudah pergi keruang tamu. "Ali, awas Lo! Berhenti lo sekarang juga! Sumpah, tai banget lo, Li."

Ali tidak bisa berhenti tertawa melihat wajah Kaia yang tampak masam--karna kejailan dirinya. Ali berlari--menghindari Kaia yang tengah mengejarnya.

Ali berlari memutari beberapa sofa yang ada diruang tamu. Bahkan Ali tidak memperdulikan kepalanya yang sedari tadi berdenyut dengan hebatnya. Dia lelah jika harus menuruti sakitnya--sekarang dia hanya ingin menikmati hidupnya seperti dulu--waktu dirinya belum menderita sakit.

Ali berhenti saat mendengar pintu rumahnya terbuka dan menampilkan Resi yang tampak cantik dengan balutan kemeja kerjanya. Sedangkan Kaia--seolah-olah tak lelah, dia terus mengejar Ali yang nyatanya sudah diam ditempat.

Kaia menyeringai seram. Dia mencubit perut Ali dengan kencang yang membuat Ali memekik kesakitan. "Aduduh. Kai, sakit. Gila ya lo. Lepasin woit. Sakit ini,"

Kaia tak acuh. Dia masih terus mencubit perut Ali dengan sadis--Kaia memang belum menyadari keberadaan Resi yang sedari tadi diam didepan pintu. "Bodo amat. Balikin hape gue dulu,"

Ali menyerah--dia langsung menyerahkan ponsel Kaia kepemiliknya dan tepat saat itu Kaia melepaskan cubitannya. "Mangkannya jangan macem-macem sama--eh ada mama," kata Kaia kikuk yang baru menyadari ada mamanya disana.

Because YouWhere stories live. Discover now