Chapter 1 [PROLOG]

Start from the beginning
                                    

Kaia berdecak. "Ah lo mah, Li. Berantakan kan rambut gue. Rese banget, sih."

"Yaelah, cuman berantakan dikit. Lagian mau rambut lo berantakan atapun rapi, muka lo tetep--tetep jelek, maksudnya." Ali terbahak.

Kaia melotot kearah Ali lalu menjambak rambut Ali. Resi menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua anaknya yang seperti tom & jerry.

"Sakit, Kai. Main jambak aja, lo. Entar kalo kepala gue botak gara-gara lo jambakin gimana? Kan gak lucu." Ali meringis, tangannya mengusap-usap rambut bekas jambakan Kaia.

"Haha, bercanda lo garing. Nggak ada lucu-lucunya." kata Kaia sadis.

"Nggak jelas." kata Ali tidak acuh-- sambil mengenakan jam tangannya.

"Li, lo ganteng deh hari ini. Tumben, deh." puji Kaia tiba-tiba.

Ali mengangkat sebelah alisnya. "Daridulu gue emang ganteng." kata Ali, lalu melangkahkan kakinya kearah pintu.

"Eh, eh, Li. Tungguin, gue belum selesai ngomong." Kaia menahan lengan Ali.

Ali mendesah kesal, lalu akhirnya menoleh. "Yaudah, mau ngomong apaan? Buru ah, gue entar telat."

"Iye, iye. Sabar napa. Gue bareng lo ya." kata Kaia frontal.

Mata Ali membulat lalu akhirnya kembali seperti biasa. Dia menggelengkan kepalanya. "Nggak. Lagian mobil lo kemana sih?"

"Mobil gue lagi dibengkel, ganti aki. Ayolah, Li. Gue kuliah sama siapa coba?" kata Kaia memelas.

"Nggak. Gue mau ngejemput Prilly dulu. Emang lo mau gue kacangin?" Ali menaikkan sebelah alisnya.

Kaia berdecak. "Nggak deh, makasih buat tawarannya. Gue bisa naik taksi."

Setelahnya Kaia pergi melewati Ali yang tertawa melihatnya.
.

.

ALI SYARIEF POV

Gue belum kenalin diri gue, kan? Oke, nama gue Muhammad Ali Syarief Al-Khatiri, keturunan dari keluarga arab yang bermarga Al-Khatiri. Gue anak kedua dari dua bersaudara. Kakak gue cewek, Alya Avivah Al-Khatiri. Gue punya malaikat tanpa sayap, yang sabar banget ngerawat gue sampai gue gede gini, Resi Refado. Gue udah nggak punya bokap, papa gue udah meninggal waktu gue baru aja ngerayain ulang tahun ke tujuh belas. Bokap gue meninggal karna ngehindar dari kakek-kakek yang mau nyebrang dan akhirnya dia nabrak pembatas jalan, kejadian itu yang bikin nyawa bokap gue hilang ditempat. Tapi keluarga gue sama sekali gak nyalahin kakek-kakek itu, karna kita tau itu semua udah garis takdir yang ditentuin sama tuhan.

Gue punya cewek yang kecil banget badannya kayak kutu, Prilly Mahatei Latuconsina. Dia cewek idaman para kaum adam dikampus, man! Dan gue cowok beruntung yang bisa dapetin dia, meski perjuangan banget sih, mengingat sifat dia yang asli jutek banget. Gue sama dia udah pacaran sejak bulan pertama gue masuk kampus. Sekian dan terima kasih, saya mengundurkan diri.

ALI SYARIEF POV END

.

.

"Mang, Prilly nya ada?" Ali bertanya saat melihat mang Diman sedang membersihkan mobil dihalaman rumah Prilly.

"Eh, den Ali. Ada, den. Aden masuk aja." kata mang Diman sopan.

Ali segera masuk kedalam rumah Prilly yang kebetulan terbuka itu setelah mengucapkan terimakasih.

"Assalamualaikum, permisi Tante, Oom, Raja." Ali mengucapkan salam dengan sopan.

Rizal, Ully dan Raja menoleh bersamaan. "Waalaikum salam."

"Ali, sini sarapan dulu." kata Ully ramah mempersilahkan Ali.

"Nggak usah, tan. Makasih, Ali tadi udah sarapan kok." tolak Ali halus.

"Oh, yaudah. Nyari Prilly ya? Prilly masih tidur, Li. Kamu bangunin aja." suruh Ully sambil menunjuk lantai atas dengan dagunya.

"Permisi Tan, Oom. Ali naik, ya."

Ali menaiki tangga melingkar itu setelah mendapat anggukan dari Rizal.

.

.

Ali membuka pintu kamar Prilly secara perlahan. Seulas senyum simpul tercipta dibibirnya saat melihat Prilly yang masih bergulat dengan mimpinya. Tertidur dengan damainya.

Ali membungkukkan tubuhnya, lalu mengusap-usap dahi Prilly. "Sayang, bangun. Udah siang."

Terdengar lenguhan kecil dari bibir Prilly. Prilly mengerjapkan matanya saat mendengar suara Ali. "Li? Kok udah dateng?" tanyanya polos dengan mata setengah terbuka.

"Ayo bangun." Ali berdiri dari posisinya lalu duduk disamping ranjang Prilly bersamaan dengan Prilly yang bangun dari tidurnya.

"Iya, ini udah bangun. Ishh." kata Prilly kesal, ia mengucek matanya.

"Siang banget sih bangunnya. Liat deh sekarang udah hampir jam tujuh dan kamu belum bangun. Pasti tadi gak sholat shubuh?" kata Ali sambil mengangkat sebelah alisnya.

Prilly tertawa kikuk. "Hehe, iya lupa. Kamu sih nggak ngingetin aku."

Ali menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kebiasaan kamu tuh, sholat nunggu diingetin. Lain kali kalo aku nggak ingetin, harus tetep sholat." kata Ali tegas.

"Aye-aye sayang. Udah sana aku mau mandi." usir Prilly sebelum akhirnya beranjak dari ranjangnya.

"Cepet, jangan lama-lama." kata Ali.

"Iya-iya."
.

.

"Bun, Raja mana?" tanya Prilly saat dia sudah ada dilantai bawah bersama Ali.

"Udah berangkat dari tadi. Dijemput sama temennya." kata Ully sambil menyerahkan segelas susu coklat.

"Kok nggak pamit sama aku?" tanya Prilly, lalu meneguk susu coklat miliknya.

"Abis kamu lama banget dikamar, jadi Raja nggak pamit deh." sahut Rizal dari arah ruang keluarga.

"Ya kan Prilly mandi tadi."

"Kamu mandi aja setahun, gimana Raja mau pamit sama kamu." cibir Rizal asal.

Prilly mendengus. "Yee, nggak selama itulah, Pa. Ngaco ah." katanya. "Udah ah, aku berangkat dulu. Udah siang." pamitnya.

Prilly dan Ali mengecup punggung tangan Ully dan Rizal. "Hati-hati ya. Li, jagain princess nya Oom. Jangan sampai lecet."

Ali terkekeh. "Siap, Oom."

Setelahnya mereka berdua pergi menuju kekampus[]

---

Because YouWhere stories live. Discover now