第 105-1 章

906 37 0
                                    

Apakah dia mencoba menghentikanku dengan mengatakan itu berbahaya? Aku telah menyiapkan berbagai argumen dalam pikiranku, tetapi Theodore terus berbicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah dia mencoba menghentikanku dengan mengatakan itu berbahaya? Aku telah menyiapkan berbagai argumen dalam pikiranku, tetapi Theodore terus berbicara.

"Aku akan tetap di sisimu. Ayo pergi ke barak keluarga Valentino."

"....."

Sedikit terkejut dengan ajakannya yang tak terduga, aku mengedipkan mata dan terlambat merespons.

"Kau pasti sibuk."

"Tidak apa-apa."

Theodore mengulurkan tangannya seolah membimbingku. Aku memandangnya, diam-diam berdiri di sana dan mendesah pasrah, lalu mengangguk.

Dia mulai berjalan ke depan, dan aku mengikuti sedikit di belakang.

Sepanjang perjalanan menuju barak, kami tidak bertukar kata apa pun. Yang bisa kulihat hanyalah punggungnya. Ada rasa jarak aneh yang mengalir antara dia dan aku.

Setelah menggabungkan kekuatan untuk tujuan bersama yaitu menjatuhkan keluarga Everett dan membalas dendam, kami mempertahankan gencatan senjata sementara.

Hasil setelah gencatan senjata ini berakhir masih merupakan masa depan yang belum diputuskan, namun tekadku sudah kuat.

Yang aku inginkan adalah bercerai darinya.

Akankah Theodore membiarkanku pergi tanpa perlawanan apa pun? Atau akankah dia mencoba mempertahankanku?

Mengingat sikapnya baru-baru ini, sepertinya dia akan menyetujui perceraian dengan lancar.

Tapi itu tidak jelas. Sebab matanya sesekali menggelap saat menatapku....tak pelak membuat hatiku tak tenang.

"Kita sudah sampai."

Theodore menoleh padaku saat kami berjalan melewati pintu masuk barak. Aku diam-diam mengangguk dan masuk. Di dalam, tidak ada orang lain, hanya kami berdua.

"Berbaringlah dengan nyaman di sini. Aku akan tetap di sisimu sampai kau bangun."

Di tempat yang ditunjuk Theodore, ada tempat tidur darurat. Dikelilingi oleh kanopi, memberikan kesan nyaman.

Saat aku dengan hati-hati berbaring di tempat tidur, Theodore mendekat dengan sebuah kursi. Itu adalah kursi kayu yang agak kasar.

Menempatkan kursi di samping tempat tidur, dia melepas mantel panjangnya dan menutupiku dengan itu. Saat aroma hutan dari mantelnya tercium, aku tanpa sadar mengepalkan tinjuku.

"Apa ada hal lain yang kau butuhkan?"

"Tidak, ini cukup."

"Baik kalau begitu..."

Theodore duduk dengan sikap mengisyaratkan dia akan menunggu dengan tenang. Aku tidak melihat ke arahnya dan berbaring sambil memejamkan mata.

'Somnia.'

[ Apa kau memanggil? ]

Saat aku memanggil Somnia dalam pikiranku, tanggapan langsung datang. Somnia, yang merasakan niatku, berbicara dengan nada sedikit khawatir.

[ Kalau kau menyusup ke dalam pikiran Owen, Frigga dan Caligo akan segera menyadarinya. Apa kau yakin tidak apa-apa? ]

'Tidak masalah. Aku berencana menyusup dengan harapan itu.'

[ Kalau kau terlihat dalam bahaya, aku akan segera mundur. ]

'Ya, aku mengerti.'

[ Oke... ]

Sambil menghela nafas panjang, Somnia tampak agak tidak senang. Namun, aku tahu dia akan membantuku. Somnia selalu seperti itu.

[ Baiklah, mari kita mulai. ]

'Ya.'

Segera, kesadaranku tenggelam dalam-dalam. Saat aku membuka mataku dengan lembut, penglihatan yang semakin menajam itu berbeda dari kenyataan. Entah bagaimana, aku menemukan diriku berada di ruang mimpi.

'Apa kali ini pun aku akan membuka pintu lagi?'

[ Tidak, kali ini... kita akan naik perahu. ]

'Perahu?'

Terkejut dengan informasi yang tidak terduga, aku bertanya balik, dan tiba-tiba, sebuah perahu kayu kecil muncul di udara seolah-olah disihir.

Perahu itu berbentuk bulan sabit berwarna putih, tanpa layar. Tidak ada dayung yang terlihat di kedua sisinya, membuatnya tampak tidak biasa, dan sepertinya tidak jelas apa yang mendorongnya maju.

[ Ini adalah perahu jiwa. Dalam mitos manusia, ini disebut kapal menuju akhirat. ]

'Perahu yang membawa orang yang meninggal ke akhirat... benarkah?'

[ Ya, tapi kali ini, tujuannya adalah memasuki alam bawah sadar Owen secara diam-diam. ]

Somnia menambahkan, hal itu akan meminimalkan risiko terdeteksi oleh roh spirit. Namun, dia memperingatkan bahwa masih ada kemungkinan untuk ditemukan sehingga perlu kehati-hatian.

[ Sekarang, ayo naik. ]

'Ya.'

Dengan enggan, aku naik ke perahu atas desakan Somnia.

Perahu itu lebih terasa seperti awan daripada kayu. Sungguh sensasi yang aneh menaiki kapal menuju akhirat. Aku bertanya-tanya apakah aku akan menaiki perahu ini lagi setelah aku mati.

[ Kita berlayar sekarang. ]

Mendengar kata-kata Somnia, aku mengangguk sedikit, dan perahu mulai bergerak.

Perahu itu meluncur mulus, seolah hanyut di sungai yang tenang. Bersamaan dengan itu, fenomena aneh pun terjadi, seolah melintasi ruang angkasa.

Dalam sekejap, aku menemukan diriku berada di tempat yang berbeda, bukan di alam bawah sadarku. Itu adalah langit malam yang luas dipenuhi bintang berkelap-kelip yang tak terhitung jumlahnya dan galaksi yang mengalir.

'Somnia, dimana ini?'

[ Ini rahasia. ]

'.....?'

Aku pikir dia bercanda, tapi Somnia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. 

Pada akhirnya, aku hanya bisa menebak di mana letaknya.

'Sungai Jiwa... sesuatu seperti itu?'



-次-

.

.

Vote Please

.

Thankyou

My Husband Hates Me, But He Lost His Memories (Book I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang