第 52-2 章

1.5K 114 1
                                    

Florentine memiliki kecenderungan untuk menginjak-injak lawan yang dibencinya sampai mati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Florentine memiliki kecenderungan untuk menginjak-injak lawan yang dibencinya sampai mati. Tapi dia tidak punya cara untuk menyerang Owen.

Jadi, dia membuat skema untuk menghancurkan Lily, yang menjadi target dari obsesi Owen.

Jika saja semua rencananya berjalan lancar, sekarang Lily pasti sudah jatuh ke tangan Lennon Chester. Sekarang, dia seharusnya sudah sangat hancur.

Florentine memperhatikan bahwa Lennon gelisah karena rumor baru-baru ini yang mengatakan bahwa 'hubungan pasangan Valentino Ducal menjadi lebih baik', dan bahwa dia tidak sabar untuk memiliki Lily dalam genggamannya setiap saat.

Karena itu, bukan hal yang sulit untuk membujuknya. Lennon tampaknya berniat menculik Lily dan memenjarakannya, dan Florentine menyukai gagasan akhir yang mengerikan yang akan dihadapi Lily Everett.

Melihat Lily begitu berantakan akan membuat Owen menjadi gila karena marah.

Dia tidak akan marah karena 'Lily hancur.'

Dia akan sangat marah karena Lily telah dihancurkan oleh orang lain selain dirinya sendiri.

Owen Everett adalah monster semacam itu.

'... Owen sialan... aku ingin melihat ekspresi hancurnya...'

Dia membenci Owen dan Lily. Lebih dari segalanya, dia tidak tahan memikirkan bahwa Lily bisa hidup bahagia dengan Duke Valentino. Itu sangat mengganggunya.

Apalagi sekarang dia ada di sini, dia menderita seperti ini...

'Lily Everett. Dia pikir dia siapa?'

Florentine mendengar suara langkah kaki lembut di suatu tempat. Dia, yang tenggelam dalam kebencian dan penghinaan, mengangkat kepalanya.

Tuk, Tuk. 

Suara sepatu hak rendah yang membentur lantai batu terdengar ringan dan berat. Florentine dengan cepat menyadari bahwa itu bukanlah gaya berjalan penjaga penjara.

Itu Owen.

Di mana-mana gelap, jadi harusnya dia tidak bisa melihat tamu tak diundang itu. Namun Florentine yakin.

Pemilik langkah lemah namun kuat itu jelas Owen Everett. Dia selalu memiliki berat dan auranya sendiri, mudah dikenali bahkan dalam kegelapan sekalipun.

Tak

Tamu tak diundang itu akhirnya berhenti di depan sel isolasi Florentine. Siluet familiar bergetar dalam kegelapan di balik jeruji besi.

... Sepertinya dia sedang tertawa.

Suara yang mengikuti, tentu saja, milik Owen.

"Konyol."

"......."

Florentine memelototinya dengan ganas. Dia tidak bisa memaafkan Owen karena memperlakukannya seperti benda yang telah dia buang, padahal dia begitu tulus terhadapnya.

Dia pikir akan terasa lebih baik hanya jika dia mengambil semuanya dari tangan pria itu, perlahan-lahan menghancurkannya satu per satu.

Tapi tidak ada yang bisa dia lakukan saat dipenjara. Selain itu, fakta bahwa dia harus menghadapi Owen dengan wajah seperti ini sungguh memalukan.

Florentine bertanya, tubuhnya gemetar karena marah.

"Kanapa kau di sini?"

Jawabannya kembali dengan cepat.

"Aku datang menemui mantan tunanganku karena aku dengar dia dipenjara seperti pengemis. Tadinya aku hanya ingin melihat Lennon Chester, tapi aku ingat dirimu."

Tawa kecil terdengar lagi. Dia menertawakannya. 

Florentine melompat dengan tidak sabar. Borgol dan rantai di sekitar pergelangan tangan dan pergelangan kakinya mengeluarkan bunyi gemericik saat saling bergesekan.

"Kurang ajar. Apa menurutmu aku akan diam saja? Saat aku keluar dari sini, aku akan membalas dendam pada kalian semua! Aku juga akan menghancurkan Lily Everett!"

Pada saat itu, mata Owen berubah total.

Mata indigonya memantulkan hawa dingin. Hawa dingin yang mulai meresap dalam sekejap mengukir embun beku putih di dinding, lantai, dan juga jeruji besi.

Florentine meringis dan mundur. 

Menertawakan ekspresi ketakutan Florentine yang terang-terangan, Owen, dengan cibiran rendah, membuka jeruji dan memasuki sel.

"Bagaimana, bagaimana kau bisa..."

"Apa itu penting sekarang?"

Di tangan Owen ada satu set kunci. Dia melambaikannya di depan mata Florentine, lalu melemparkannya tanpa tujuan melalui jeruji, ke lorong.

Suara logam yang membentur lantai batu terdengar keras.

Pada saat berikutnya, Owen, yang telah menutup jarak dalam sekejap, mencengkeram kerah baju Florentine.

"Aaack!"

Florentine, berjuang, diangkat tinggi dari tanah oleh Owen. Florentine terengah-engah.

"Dengar, mantan tunangan."

"Ggh...!"

"Lily Everett adalah milikku. milikku! Aku membesarkannya. Aku membuatnya. Aku yang akan menyelamatkannya atau bahkan membunuhnya."

Setelah selesai, Owen melempar Florentine dengan kasar.

Berguling-guling di lantai batu yang dingin dan keras, Florentine mengangkat kepalanya, mati-matian terengah-engah. Embun beku yang merembes dari lantai menempel di tubuh dan pakaiannya. Florentine menatap tajam ke arah Owen, yang kini berdiri di depannya.

Dalam kegelapan pekat, mata Owen terlhiat bersinar dengan kilatan jahat.

"Bajingan gila..."

Tertawa sebentar, Florentine berjongkok di lantai, menunjuk ke arah Owen.

"Kau bermaksud menghancurkannya, kan. Kau bajingan gila! Tidakkah kau berpikir bahwa Lily akan membencimu ?!"

Owen menanggapi dengan wajah tenang.

"Yah, dia mungkin membenciku. Tetapi."

Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Florentine dan berbisik dengan suara riang.

Sangat ramah, seperti yang dia lakukan pada tunangannya hari itu di masa lalu.

"Aku akan menghancurkan Lily dan menjadikannya milikku sepenuhnya."



-次-

.

.

Vote Please

.

Thankyou

My Husband Hates Me, But He Lost His Memories (Book I)Where stories live. Discover now