第 73-2 章

1.8K 108 1
                                    

Tenggorokanku tercekat dan aku tidak bisa mengeluarkan suara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tenggorokanku tercekat dan aku tidak bisa mengeluarkan suara. Hatiku sangat sakit. Emosi sedih dan pedih mengalir deras seperti gelombang.

[ Terakhir... aku akan memberi tahumu namaku. Tolong ingat. ]

Aku mengusap air mataku dan mengangguk. Aku berjanji akan selalu mengingatnya. Aku telah mengatakannya berkali-kali bahwa aku akan selamanya mengingatmu bahwa kau pernah ada di dunia ini, bahwa kau adalah seorang anak yang sangat hangat dan baik hati. 

Cahaya kecil tertawa dan berbisik.

[ Namaku adalah... ]

Nama itu diucapkan dengan suara ramah, bersinar lebih terang dari bintang mana pun di langit malam dan menyinariku.



* * *

Kita sudah sampai.

Somnia berkata dengan sedikit lega... Kami sampai sejauh ini berkat kekuatan hidup yang diberikan oleh cahaya kecil. Namun kondisku sangat buruk sehingga aku bisa pingsan kapan saja, mungkin karena kekuatan fisikku yang kurang baik.

[ Kakak harus menjaga kesehatan kakak dengan baik. ]

"......."

Saat itu juga aku memikirkan Jane dan Charlotte lalu tertawa kecil. Somnia memarahiku karena tertawa, tapi suara tapak kuda terdengar dari dekat. Lima atau enam orang dari jauh berlari kencang menuju arah ini.

'Siapa...?'

Setelah sekian lama berada di tempat gelap, melihat cahaya membuat pandanganku kabur. Aku perlahan membuka mataku dan duduk di tanah. 

Kekuatan di kakiku hilang. Meski begitu, aku bertahan cukup lama. 

Pada saat aku mencapai tanah, aku harus meminjam tongkat yang dipegang oleh kerangka. Aku tidak tahu kerangka siapa itu, tapi aku berharap tongkat ini bukan miliknya yang berharga. Karena aku tidak bisa kembali lagi kesini.

...Lily, pria itu...

"Huh...?"

Aku berkedip kosong dan secara refleks menanggapi kata-kata Somnia. Aku belum makan apa pun dan bekerja terlalu keras, jadi aku tidak punya kekuatan tersisa di tubuhku. Aku sangat lelah dan mengantuk. Meski berada di tengah gurun, kupikir aku akan bisa tidur.

Saat aku hendak menutup mataku, aku mendengar suara familiar dari dekatku.

"Lily!"

"......!"

Tiba-tiba aku terbangun oleh suara yang tidak pernah bisa aku lupakan. Aku melebarkan mataku dan melihat ke arah suara itu berasal. Rambut hitam legam tertiup angin kering bercampur pasir, mata biru jernih terlihat dari jauh.

Theodore, yang telah melompat dari kudanya sebelum aku menyadarinya, berlari ke arahku.


* * *

"Lily...!"

...Sungguh sulit dipercaya, wajahnya sangat khawatir.

Dari sudut pandang manapun, dari ekspresi dan matanya, dia tampak benar-benar mengkhawatirkanku.

Theodore segera mendekatiku dan memelukku erat dengan kedua tangannya. Saat Somnia melekat pada tubuhku, roh itu menghilang saat dia melontarkan beberapa kutukan. Aku tercengang dan hanya mengedipkan mata. ...Apa Theodore benar-benar datang jauh-jauh ke gurun ini, hanya untuk menemukanku?

'Bagaimana kau tahu aku ada di sini...?'

Aku sendiri tidak mengetahui lokasi pasti dari gurun dan Panopticon ini. Ada kemungkinan besar Adeline menggunakan sihir teleportasi saat dia membawaku ke sini. Theodore juga... Melihat dia sedang menunggang kuda, kurasa dia tidak bisa menentukan lokasiku dengan tepat.

Tapi sepertinya dia bisa mengetahui kalau aku ada di sekitar sini.

"......."

...Mungkinkah Seraphim membenamkan sebagian kekuatannya padaku, seperti yang dilakukan Ventus milik Zen?

"Lily, apa kau terluka? Apa kau baik-baik saja? Aku sudah lama mencarimu....

"......."

Apa yang harus aku katakan, dia sekarang... sama seperti 'dia' ketika dia kehilangan ingatannya... Mungkinkah kepribadiannya benar-benar telah terpecah, persis seperti yang dikatakan dokter? Aku bertanya untuk berjaga-jaga.

"Theodore, apa kau ingat cerita yang kau ceritakan padaku pada hari hujan turun?"

"...Apa maksudmu?"

Yah, menurutku bukan. Dia tetaplah Theodore yang asli. Dia kehilangan ingatannya dan lupa kapan dia baik padaku.

Aku mendorongnya dan mencoba untuk bangun. Tapi Theodore memelukku erat-erat dan tidak mau melepaskan... Apa yang merasukinya? Aku pikir dia marah padaku karena aku melarikan diri dan telah mencoreng kehormatan Keluarga Valentino...

"......."

Jantungku berdebar kencang memikirkan hal itu. Jika dia benar-benar datang sejauh ini karena dia mengkhawatirkanku...? Jika tatapan terakhir matanya yang kulihat sebelum kehilangan kesadaran bukanlah sesuatu yang kulihat secara keliru...

Perasaan dendam terhadapnya jelas masih ada dalam diriku. Bekas luka yang ditinggalkannya masih ada. Aku belum bisa mempercayainya sepenuhnya.

Tapi, jika ini sungguhan, kali ini, sesuatu mungkin bisa berubah...

"Theo..."

Aku hendak memanggil namanya.

Lily!

Aku merasakan sensasi terbakar di perutku, dan sesuatu yang panas keluar dari mulutku.

Aku menatap kosong pada warna merah cerah yang menodai pakaian Theodore. Rasa pahit masih melekat di mulutku. Yang baru saja kuucapkan adalah...

"Darah..."

Wajah terkejut Theodore muncul di mataku.

Dunia kemudian berputar di sekelilingku, dan tak lama kemudian aku pingsan.



-次-

.

.

Vote Please

.

Thankyou

My Husband Hates Me, But He Lost His Memories (Book I)Where stories live. Discover now