24. Musuh Nyata

115 10 1
                                    








Update ❤

Jangan lupa vote, follow dan komen akun penulis ViPril_Aprilia agar kalian bisa mengikuti aktivitas aku terus ❤

Lebaran udah di depan mata, semoga kita diberikan kemudahan dan kesempatan untuk bisa merasakan momen puasa di tahun depan🤧

Aamiin 🤲

Asal gak secepat di Gunung Kidul😭

Tandai jika kalian menemukan typo
🔍👀❗



Happy Reading ❤




°°°



"Aku akan menuntun dirimu," kata suara besar dari langit yang hanya bisa didengar oleh Serena.

"Mohon bantuannya."

Selanjutnya tubuh Serena dikembalikan lagi untuk menginjak bumi, sebuah tanda mawar merah muncul di bagian dada dan ujung pedangnya.

"Aku butuh Lius," ucap Serena sembari menatap Julius dengan kekuatan gabungan.

"Kenapa?" tanya Julius, padahal daripada Lius. Ia lebih yakin untuk bisa berperan aktif membantu Serena.

Serena menggeleng. "Pangeran, aku tidak tau dimasa depan apa kau akan memafkan perlakuanku hari ini."

"Tentu aku akan selalu berada di sisimu," tepis Julius tak suka dengan perkataan Serena. Seolah-olah dirinya akan pergi melakukan sesuatu hal yang berakhir permusuhan.

"Aku harap begitu, pangeran mahkota." Selanjutnya Serena menunggu Lius datang, saat kesadaran Julius dibabat habis. Mata Serena langsung disuguhi rupa asli Lius.

"Kau pasti terkejut," ucap Lius cepat. Penampilannya sekarang mirip seperti monster. Beberapa bagian tubuhnya menajam runcing seperti landak.

Serena menggeleng. "Ini hanya lebih menakutkan," balasnya jujur.

"Kemana tujuan kita?"

"Gunung Natera."

Sementara ditempat paling tinggi di Aranda Karin sudah berhasil mengikat Rexi dan Sofie. "Bibi yakin tidak mau melepaskan kami?" tanya Rexi cukup tenang.

Karin menggeleng. "Kebodohan seperti itu biasanya akan membuat seorang penjahat menjadi gagal bukan?" katanya.

"Jadi bisa dijelaskan, mulai kapan bibi menjadi jahat?" tanya Rexi sambil menunjukkan giginya.

Dengusan keluar dari hidung naga besar berwarna hijau di sebelah mereka. Matanya melengos saat tak sengaja tertabrak dengan mata Sofie.

"Maaf," ringis Sofie tak enak. Padahal ia sudah berjanji hanya meminta mereka untuk dipakai mengantar saja bukan untuk ikut pergi menjadi bala bantuan perang.

"Eughh," kesal naga tak memafkan Sofie.

Saat keduanya sibuk berbincang, Karin menatap Sofie cukup lekat. "Kau seorang anggota kuil suci bukan?"

Mata Sofie membulat. "Iya nyonya." Sebenarnya ia cukup kebingungan untuk menggunakan panggilan apa.

Tangan Karin secara cepat memanggil satu anggotanya. "Bawa dia ke sana," titah Karin.

"Bibi mau membawa kemana istriku?" Rexi berusaha terus untuk tetap tenang. Ia juga cukup cemas apalagi di tengah-tengah lilin bentuk bintang ada seonggok daging berawa merah.

RoosWhere stories live. Discover now